Gadis Pesantren

Fitria Sawardi
Chapter #30

Kesepian Dan Cemburu

“Sayang, apa baik-baik kamu saja di situ?” Suara Fatih terdengar di balik telepon. Membuat tenang telinga yang mendengarnya.

“Alhamdulillah.” Sofia memastikan pada suaminya kalau baik-baik saja.

“Alhamdulillah, aku merindukanmu.” Fatih berkata jujur. Mengungkapkan rasa rindunya yang selama ini ditahan.

Sofia tidak merespon, tapi hatinya membatin, ‘aku mungkin lebih merindukanmu, hati ini terasa resah menunggu kedatanganmu, Fatih’. Sofia tidak ingin mengatakan itu pada suaminya secara langsung, bahwa rasa rindunya melebihi rindu Fatih. Dan betapa terasa begitu panjang malam-malam bagi Sofia tanpa Fatih. Namun Sofia tidak berani mengatakan sebenarnya. Bagiamana mungkin Sofia bisa mengatakan itu, kalau egonya masih dikedepankan. Atau mungkin hatinya sudah luluh namun masih malu untuk mengatakan yang sebenarnya.

“Besok kalau sudah selesai, aku langsung pulang. Tiket pesawat sudah dipesan.” Fatih memberitahu Sofia. Tepatnya ingin menenangkan hatinya. Seperti tahu saja apa yang dirasakan istrinya saat ini, yaitu rindu. Selebihnya, Fatih juga merasa khawatir karena tidak bisa menemani. Bagaimana repotnya Sofia mengurusi pekerjaan rumah; masak sendiri, mencuci dan lainnya. Karena Sofia belum terbiasa melakukan semua itu sendiri.

Esok paginya.

“Sofia, lihat ini foto kakakmu yang ganteng itu kan? Dia sama bule cantik dari Belanda.” Maia, salah satu teman kuliah Sofia, mengirim foto lewat pesan WhatsApp. Sejauh ini, ia masih belum tahu kalau Fatih adalah suami Sofia. Dilihatlah foto itu, tampak wajah Fatih bersama dengan seorang bule perempuan. Dalam foto itu, tangan Fatih terlihat digenggam oleh bule perempuan. Juga tubuh perempuan itu agak condong ke Fatih sehingga terlihat menempel. Foto itu tampak mesra. Membuat Sofia cemburu. Sebenarnya Fatih cepat-cepat menghindar dari bule itu, namun mata kamera sudah lebih cepat untuk meliputnya.

“Dapat dari mana foto itu?” Sofia penasaran dengan foto yang masih bersifat misteri. Lalu menanyakan pada Maia.

“Ini aku sekarang lagi di Jakarta. Menjajaki pameran kampus-kampus Eropa. Kebetulan aku melihat kakakmu yang ganteng berdiri di stand Leiden Universtity bersama dengan satu bule laki-laki dan bule perempuan.” Maia menjelaskan panjang lebar.

“Oh iya. Ia sedang di Jakarta. Diminta pihak kampus untuk mengisi sebuah pameran.” Sofia pura-pura tenang. Padahal hatinya berkecamuk pasca melihat foto yang dikirimi temannya itu.

“Wah, sepertinya aku tidak punya harapan untuk jadi kekasih kakakmu!” Maia memberikan emot sedih di akhir kalimat SMSnya. Andaikan ia tahu bahwa Sofia adalah istrinya, pasti Maia akan sangat malu.

“Kenapa begitu?” Sofia pura-pura tenang. Masih memposisikan diri sebagai adik kandung Fatih.

“Bule itu kan cantik. Aku jadi salah saingan.” Maia semakin menjadi.

“Belum tentu kakakku mencintainya.” Kali ini, Sofia merasa panas dingin mendengar kalimat yang disampaikan temannya. Ia merasa geram karena tidak terima kalau Fatih akan terpikat dengan perempuan Belanda itu.

“Tapi kakakmu terlihat mesra dan akrab. Aku merasa tersaingi. Cemburu.” Sebenarnya Maia mengatakan itu agar bisa mendapatkan pembelaan dari Sofia. Temannya itu setidaknya bilang pada kakaknya kalau Maia, salah satu teman kuliahnya menginginkan kakaknya itu. Namun, bukan itu yang dirasakan Sofia. Karena nyatanya Sofia bukan adik kandung dari Fatih, melainkan istri. Sofia tidak mungkin mengatakan hal bodoh pada suaminya, dengan bilang kalau Maia mencintai Fatih. Sofia tidak cemburu dengan Maia yang jujur mmenginginkan Fatih, karena memang Maia tidak tahu kalau Fatih adalah suami Sofia. Justru Sofia merasa cemburu dengan perempuan dari Belanda yang sampai saat ini masih bersama dengan suaminya itu. ‘Jangan-jangan, benar yang dikatakan Maia kalau Fatih akan terpikat dengan perempuan itu. Apalagi selama ini Sofia tidak memedulikan suaminya sama sekali. Mungkin saja Fatih akan beralih hati untuk mencari ketenangan.’ Sofia terus berdilaog dengan pikirannya sendiri yang justru semakin membuatnya merasa khawatir.

Lihat selengkapnya