Keinginan Fatih untuk bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri sepertinya masih belum tercapai untuk tahun ini. Tulisannya tidak masuk di media internasional, entah apa yang membuat tulisannya tidak lolos seleksi oleh tim jurnal scopus itu. Fatih menyadari, kalau ia tidak punya publikasi yang bisa dijadikan bahan saing dalam kancah internasional. Ia belum siap kuliah tahun ini. Mungkin ditunda tahun depan. Di samping sertifikat bahasa asing, beberapa kampus meminta publikasi yang meyakinkan, jurnal bergengsi. Fatih sama sekali tidak merasa terpuruk. Kalau rasa kecewa mungkin ada, tapi sedikit. Ketidak-berhasilan Fatih tahun ini menjadi pelajaran untuk sukses tahun depan. Ia semakin termotivasi untuk lebih giat belajar menulis. Meminta pada reviewer untuk memberikan feedback secara detail terkait tulisannya yang belum lolos. Apa yang perlu diperbaiki sekiranya bisa menjadi masukan yang membangun. Sekali lagi, Fatih tidak menganggap ini adalah sebuah kegagalan, namun kesuksesan yang masih tertunda.
Fatih terus belajar dengan membaca tulisan-tulisan terbaru. Yang sesuai dengan topik kajiannya. Ia juga sering meminta pada teman yang dulu pernah satu kampus untuk mengunduhkan jurnal tertentu yang ingin dibaca. Karena ia seringkali mendapati keterbatasan untuk akses jurnal secara gratis. Untungnya teman-teman Fatih banyak yang sudah bekerja di instansi yang bisa mengakses jurnal secara gratis. Terkadang, Fatih mengunduh sendiri jika kebutuhan membaca jurnal itu mendesak. Ketika tidak ada teman yang sempat untuk mengunduh. Dan ia berani membayar untuk bisa mengakses walaupun mahal. Harga jurnal yang ia akses seringkali menggunakan mata uang dolar.
Kesabarannya itu memberikan hikmah. Saat Fatih lagi berjuang untuk mendapatkan beasiswa dengan membaca dan menulis. Juga sudah mengikuti tes untuk mendapatkan sertifikat bahasa asing yang skornya sudah lebih dari cukup_ setelah sekian lama tes berulang-ulang tentunya. Akhirnya, ia mendapatkan kesempatan ikut short course di Belanda. Dengan diterima sebagai peserta short course, pintu beasiswa magister seperti dibuka kembali. Ia semakin semangat mempersiapkan diri untuk melanjutkan studinya di luar negeri.
“Sayang, lagi asyik memasak ya?” Fatih menggoda dengan mencium istrinya yang lagi asyik memasak. Semenjak kepulangan Fatih dari Jakarta, Sofia rajin ke dapur untuk memasak. Tangannya sudah terbiasa untuk menyentuh bahan-bahan di dapur untuk diolah menjadi makanan. Sofia sudah berjanji pada diri sendiri untuk menjadi istri yang baik. Salah satunya dengan menyajikan makanan pada suaminya. Selain memang sudah menyadari bahwa selama ini perlakuan pada suaminya kurang baik, juga ingin mendapatkan perhatian dari Fatih agar tidak beralih pada wanita manapun. Seperti yang ia khawatirkan akan beralih pada bule yang memang tidak diragukan lagi kecantikannya. Ataupun pada direktur perusahaan itu.
“Menurutmu?” Sofia menyodorkan piring berisi tumis kangkung. Pura-pura marah, karena Fatih masih menanyakan perihal aktivitas yang sudah tentu bisa dijawab sendiri dengan melihat langsung.
“Eh, jangan sewot dong!” Fatih menggoda Sofia lagi.
“Tidak juga.” Sofia mencubit perut suaminya sembari tersenyum. Ia merasa puas dengan apa yang dilakukannya.
“Aduh!” Fatih pura-pura sakit. Padahal cubitan Sofia tidak melebihi sakitnya gigitan semut,. Bagi Fatih itu seperti belaian mesra. Ia akan mengingkan suasana seperti terus berlangsung dalam rumah tangganya. Suasana yang begitu hangat.
Tanpa meminta, Fatih membantu Sofia yang sedari tadi sibuk memasak di dapur. Fatih mengulek bawang putih dengan ditambahi garam serta lada. Kemudian mengambil tempe yang sudah diiris oleh istri. Dilumurilah tempe itu dengan bumbu ulekan yang sudah halus. Satu per satu, masakan itu diceburkan dalam wajan yang di dalamnya terdapat minyak agak panas. Sementara Sofia, mengiris bawang merah dan putih. Lanjut pada tomat. Ia akan membuat sambal tomat sederhana.
Fatih tersenyum melihat Sofia yang meningtip buku contekannya, Sofia mempunyai buku khusus yang berisi tentang komposisi dan cara memasak makanan. Ada berbagai menu, sangat variatif. Sofia mencarinya di internet kemudian dicetak dan ditempel di buku khusus itu. Di dinding dapur terdapat jadwal menu yang akan dimasak setiap harinya. Mulai dari hari senin sampai minggu. Fatih merasa senang dengan tindakan istrinya yang sudah dikatakan banyak perubahan. Ia yang sudah tahu kalau Sofia cemburu dengan teman bule dari Belanda. Melalui histori pesan di HP Sofia dengan Sarah, salah satu teman kuliahnya sekaligus teman akrabnya. Namun, Fatih tidak ingin membahas ini ataupun menjelaskan pada Sofia. Fatih lebih memilih membiarkan istrinya dengan kecemburuannya. Dan ia yakin bahwa Sofia mulai mencintainya. Namun, sementara ini Fatih tidak ingin meminta pengakuan lagi dari istrinya.
***
Panitia penyelenggara short course mengabari Fatih melalui e-mail tentang kegiatan yang akan dilakukan selama short course. Juga memberikan file pdf. pemesanan tiket pesawat menuju Belanda. Fatih memperbesar file jadwal keberangkatan yang dikirim panitia. Melihat jadwal yang sudah dipesankan. Ia berencana untuk membawa Sofia ke Belanda. Sementara pihak penyelenggara tidak menanggung biaya untuk keluarga. Dengan begitu, ia akan mengambil uang tabungannya untuk kebutuhan keluarga. Membelikan tiket pesawat pulang pergi untuk Sofia. Juga perlu membayar uang sewa tempat tinggal. Untungnya Fatih mendapatkan uang saku yang kalau dikira-kira, cukup untuk makan berdua. Fatih sudah sejak dulu terbiasa untuk berhemat. Ia akan mencari cara untuk bisa menghasilkan uang di Belanda selain dari short course. Mungkin dengan membantu untuk mengajar anak-anak di sekolah Indonesia yang belajar di KBRI. Atau mengerjakan aktivitas lain yang bisa mencukupi kehidupan selama di Belanda dengan membawa pasangan yang tentunya akan lebih banyak pengeluaran.