"Tumben inget rumah, Mami kira kamu nggak akan pulang lagi,"seru Maya, Ibu Aris yang sedang duduk di ruang tamu.
Rumah dengan desain modern mengusung tema industrial tertata apik. Dinding bercat putih dengan perabotan kayu yang dominan warna coklat dan kuning keemasan, juga rak besi warna hitam di sudut ruangan menuju lantai dua, terkesan nyaman dan elegan.
"Banyak kasus yang Aris tangani Mi," balas lelaki tegap berkharismatik itu sambil mencium pipi Maya lalu duduk berhadapan dengannya, di sofa sudut berwarna coklat.
"Kasus gadis dan anak-anak jalanan itu lagi?" sindir wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.
"Suci, Mi, namanya. Anak-anak itu nggak bikin masalah lagi, malah sekarang perkembangan mereka lebih baik setelah ditangani oleh Suci."
"Huhmm ... buat apa kamu jadi Polisi hanya untuk urus masalah-masalah yang bikin sakit kepala, Ris," ujar Maya sambil meletakkan sebuah katalok sepatu yang sedari tadi sedang dipegang, di atas meja kaca di depannya.
"Baiknya kamu mengundurkan diri, lalu urus Perusahaan Papimu."
"Miii ... nggak usah dibahas lagi. Menjadi Polisi, impian Aris sejak kecil. This is my passion. Aris ke sini untuk membahas hal yang lebih penting, Mi," ujar Aris. Wanita itu memandangnya serius.
"Aris mau nikah."
"Hahh! Nikah? sama siapa kok mendadak, apa terjadi sesuatu?"
"Sam-"
"Apa sama gadis Panti itu?" sela Maya cepat begitu Aris mau menjawabnya.
"Iya Mi, dengan Suci. Nggak mendadak juga, ini sudah kami rencanakan sejak beberapa bulan lalu. Mami aja yang nggak pernah ada di rumah, tiap Aris datang."