Bip ... bip ponsel Suci berbunyi.
[Jam 7 malam siap ya Dek, Abang jemput.]
[Dandan seperti Cindirella.]
Suci tersenyum lucu. Ada-ada aja, emangnya mau naik kereta kencana apa? batin Suci.
"Duuh ... yang lagi jatuh cinta senyam-senyum mulu," goda Santy yang tiba-tiba muncul sehabis makan siang.
"Cepet merit biar nggak kasmaran gitu," timpal Santy lagi.
"Lah elu kapan?jomloh terus."
"Di hati ini hanya ada Oppa Suga, nggak akan berpaling pada yang lain," kata Santy melebarkan kedua tangannya sambil matanya menerawang, dengan gaya yang dibuat-buat.
"Idih yang dipikirin aja nggak kenal elu," mereka tertawa bareng.
"Terlalu nyari yang sempurna ntar dapat nangka busuk loh. Dari jauh aja udah tercium baunya, padahal dalamnya udah busuk."
"Cari aja tipe sederhana seperti artis yang ono, jamin deh pasti bahagia," tukas Suci lagi.
"Iya yah, istrinya itu kelihatan bahagia banget padahal kalau di lihat suaminya itu nggak ganteng-ganteng amat."
"Nah itu yang namanya pintar nyari suami, gue juga tertarik sama tipe seperti gitu, nggak ganteng-ganteng amat tapi menarik punya sesuatu dalam diri mereka yang orang lain tidak punya. apalagi kalau selera humornya tinggi, canda terus. Sama seperti Abangku."
"Jangan yang ganteng, apalagi yang terlalu ganteng. Manisnya di depan aja tapi ujung-ujungnya bubar karena tipe yang seperti gitu umumnya suka segala sesuatu yang perfeksionis,"
"Ssttt ...awas jangan ngomongin artis kalau ketahuan bahaya," ujar sicentil Santy sambil menaruh telunjuk di bibirnya
"Lah kita kan nggak jelekin orang."
***
Suci mematut dirinya di kaca, dengan dress peach selutut, polesan lipstik berwarna senada dengan dressnya. Rambut yang tergerai, membuat kecantikan Suci semakin memancar.
Suci bergegas begitu terdengar suara mobil di halaman, sambil meraih tasnya lalu berjalan menuju pintu. Begitu pintu terbuka, Aris telah berdiri mematung, terkesima melihat Suci. Sebaliknya Suci juga terpesona dengan penampilan Aris malam ini, stelan jas hitam dipadukan dengan kaos oblong putih dan sneakers, tubuh atletis Aris terlihat lebih charming.
"Kamu cantik sekali dek." Wajah Suci bersemu. Aris mendekap tubuh gadis itu lalu mengecup dahinya.
"Abang juga terlihat seperti Oppa-oppa Korea," Suci melingkarkan tangannya di pinggang Aris.
"Aduh Mak, Abang kebelet nikah Mak!" ujar Aris setengah berteriak.
"Ihh Bang malu kedengaran orang." Suci gemas melihat tingkah Aris, bergegas masuk ke dalam mobil.
Aris tertawa lepas, bahagia rasanya melihat Suci seperti itu.
Mobil Alpard white pearl melaju di jalanan ibu kota dengan cahaya lampu seakan berlarian di sepanjang jalan, hingga berhenti di sebuah restoran.
Aris membuka pintu lalu menuntun Suci turun dari white pearl itu. Mereka berpenggangan tangan masuk ke dalam restoran yang tidak terlalu mewah itu, tapi terkesan sangat menarik. Suci suka akan hal-hal seperti itu, hal yang terlihat sederhana tapi menarik.