Gadis Tanpa Ayah

Uci Lurum
Chapter #6

Suci diserang #6

Suci menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Gadis itu mengusap-usap cincin yang melingkar di jari manisnya.



"Kamu lelaki terbaik, lebih keren dari Oppa-oppa Korea," gumam Suci, hatinya berbunga-bunga membayangkan Aris.



Sosok sederhana yang penyayang tampil apa adanya, lebih banyak candanya. Ternyata sangat asyik menjalin hubungan dengan orang yang berjiwa humoris, apalagi sampai di nikahi tiap hari pasti canda terus. Malah lebih dewasa untuk mengatasi masalah.



Nikah yuk ... Suci senyam-senyum mengingat kata-kata keramat itu.



"Iihh ... Abang kamu menggemaskan!" Suci berkata sambil memeluk guling lalu menggigitnya gemas.



"Pantas istrinya si ono cinta mati sama suaminya ternyata seperti ini rasanya." Suci bermonolog dengan senyum terkembang.



Orang yang tampil apa adanya lebih mengasyikan daripada orang yang terlalu menjaga image. Terkadang lebih banyak bersembunyi dibalik topengnya, menurut Suci.



***



Sinar matahari yang mengintip dibalik gorden jendelanya meninggalkan jejak hangat di wajah Suci. Gadis berambut panjang itu menarik selimut lalu menutup wajahnya. Namun kembali terbuka dengan sekali sentakan.



Suci memandang langit-langit kamarnya, mengumpulkan ingatannya. Tersentak ketika melihat jam dinding menunjukan pukul 7 pagi.



Dengan segera Suci menuju kamar mandi. Lalu terlihat mondar mandir, ke sana kemari menyiapkan diri. Paginya menjadi kacau.



Dengan tergesa-gesa memarkir motornya. Berlari kecil menuju gedung, tempatnya memupuk asa.



Syukurlah antrian nasabah belum terlalu banyak. Suci langsung menghempaskan tubuhnya di depan meja kerjanya.



"Cie .. cie ada yang berbunga-bunga sepertinya," bisik Santy yang duduk disampingnya.



Suci pura-pura tuli, sibukkan diri dengan pekerjaannya.



"Eehh .. tunggu dulu itu apa di jarimu?!" tanya Santy antusias begitu melihat cincin di jari Suci.



Santy segera mendekat ingin memastikan penglihatannya. Di angkatnya tangan Suci, matanya membulat sempurna.



"Whuuaahh ... kamu dilamar?!" Santy histeris untuk sesaat Dia lupa dengan keadaan di sekelilingnya. Semua orang dalam ruangan itu serentak melihat ke arah mereka.



Suci menutup wajahnya dengan kedua tangannya, wajahnya memerah menjadi pusat perhatian.



Tiba jam istirahat makan siang. Suci bersiap-siap padamkan komputer, ingin segera mengisi perutnya karena tadi tidak sempat sarapan, juga tidak bawa bekal.



Bib ... bib ponsel Suci berbunyi. 



Keningnya mengerut saat melihat nomor asing. Namun sekejab, matanya membesar melihat pesan yang masuk.



[Cece ini dengan Fadil, mak Fadil sakit parah.]



Suci langsung telpon balik. Sudah berkali-kali ditelpon tapi tidak diangkat-angkat. Gadis itu jadi gelisah.



Dia lalu telpon ke Aris namun sama, juga tidak di angkat. Padahal Suci mau minta di antarkan ke tempat Fadil.


Lihat selengkapnya