Judul : Angin Dari Gunung Kencana
Penulis : Rana Kurniawan
Malam di Rangkasbitung turun perlahan seperti tirai gelap yang menutupi cahaya harapan.
Rana duduk di depan konter, memandangi jalanan sepi yang hanya dilewati angin dan lampu kendaraan sesekali.
Ia merasa aneh — dadanya sesak tanpa sebab, seolah ada sesuatu yang sedang terjadi jauh di sana.
Ponselnya bergetar.
Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal:
> “Rana, ini Sukma. Umi Lilis jatuh sakit. Sekarang dirawat di rumah. Kalau bisa, pulanglah.”
Dunia seperti berhenti sesaat.
Umi Lilis — wanita yang merawatnya seperti anak sendiri sejak kecil, ibu dari Risa dan Sukma, orang yang selalu memberi doa di setiap langkahnya.
Rana menggenggam ponsel itu kuat-kuat, matanya panas.
> “Risa…” suaranya parau.
“Ada apa, Na?”
“Umi Lilis sakit. Sukma suruh kita pulang.”
Risa membeku. Wajahnya pucat, air matanya langsung jatuh.
> “Umi sakit? Sejak kapan?”
“Gak dijelasin. Cuma dibilang dirawat di rumah.”
Tanpa banyak bicara, keduanya tahu: tak ada alasan untuk menunda.
Besok pagi, mereka harus kembali ke Gunung Kencana.
---
Perjalanan menuju kampung terasa lebih sunyi dari biasanya.