Judul : Antara Kota dan Kampung
Penulis : Rana Kurniawan
Pagi di Gunung Kencana datang perlahan, menyapa dengan kabut lembut dan aroma tanah basah.
Suara ayam berkokok dan desir daun bambu terdengar bersahutan dari kejauhan.
Rana duduk di beranda, menatap matahari yang mulai naik di balik bukit — hangat, tapi tak menenangkan.
Umi masih beristirahat di dalam kamar, Risa menyiapkan sarapan, dan Sukma pergi ke ladang menjemput tetangga yang membantu menjaga.
Semua tampak biasa.
Tapi di dada Rana, ada yang bergejolak.
Antara ingin tinggal — dan harus pergi.
---
> “Rana, makan dulu,” panggil Risa sambil membawa nasi goreng kampung di piring kaleng.
“Iya, bentar.”
Risa duduk di sebelahnya. Wajahnya tampak lebih tenang setelah semalam, tapi matanya masih sembab.
> “Aku senang kamu datang, Na. Umi kelihatan bahagia banget waktu lihat kamu.”
“Aku juga senang bisa lihat Umi lagi.”
Mereka terdiam sebentar, hanya suara ayam dan serangga yang terdengar.
Lalu Risa berkata pelan,
> “Tapi aku tahu kamu gak bisa lama di sini, kan?”
Rana menunduk.
> “Aku gak tahu, Ris. Di kota, konter makin sepi. Tapi kalau aku di sini terus, siapa yang bantu Topan? Siapa yang terusin kerja?”