Blurb
Sita duduk termenung di antara bunga-bunga yang masih segar dan wangi siang itu. Tak pernah ada dalam bayangannya, pelaminan yang sejatinya menjadi panggung ratu sehari baginya menjadi tempat mimpi buruk yang bisa saja dikenang seumur hidupnya. Alimin tak datang. Alimin memilih mengukir ingatan hitam bagi Sita, dibandingkan duduk bersama menikmati rangkaian pesta. Hidup tak lagi mudah setelah romansa yang mengawang dalam dongeng pernikahan menjadi mimpi buruk yang tak lagi bisa menanti pagi. Sita menghadapi hidup yang berat pasca gagal menikah. Bukan karena tidak bisa cepat move on dengan lelaki yang ia harapkan bisa menjadi teman hidup. Namun, pandangan lingkungan sekitar yang membuat ia sukar untuk berkompromi bahwa semuanya baik baik saja.
Mengapa Alimin memilih pergi? mengapa Sita tak menjadi baik-baik saja? mengapa harus gagal menikah? dapat ditemukan pada novel ini yang meilihat fenomena sosial perempuan dan laki-laki pada masyarakat patriarki. Novel ini bisa menjadi menarik karena mengajak untuk mengkaji budaya patriarki terhadap relasi antara perempuan dan laki-laki.