Gaitha

Lisa Ariyanti
Chapter #8

Pasar Malam


Malam dengan Kerlip bintang di langit 3G berjalan-jalan mengelilingi pasar malam yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Banyak permainan yang bisa mereka lewati. Sekadar untuk melepas sedih, lelah, dan juga beban untuk istirahat sejenak.

Mereka tersenyum gembira dan tidak ada raut kesedihan yang tersirat di wajahnya. Sungguh malam hari ini adalah malam yang sangat membahagiakan bagi mereka bertiga.

"Kakang Gideon fotoin gue dung!" Gaitha sudah berteriak memanggil Gideon yang tengah menikmati permen kapas. Dengan perasaan kesal Gideon terpaksa menghampiri Gaitha yang sudah merengek seperti itu. Tidak tega jika melihat kesedihan gadis itu lagi. "Siniin ponsel lo!"

Gaitha dengan penuh kebahagiaan mengulurkan ponselnya. "Yang bagus jangan sampai jelek!"

"Masih mending gue mau fotoin lo Dugong!" Gideon sudah jengah.

"Satu ... dua ... tiga ... empat .."

"Kelamaan! Kapan Lo foto gue beru! Dari tadi ngitung Mulu lo ada tugas apa lo?"

"Yeh! Lo mau bantuin gue ngerjain tugas?" Gideon bertanya pada Gaitha. "Ogah!" Gideon mencibir Gaitha dengan penuh umpatan.

"Untung aja sahabatan dari dulu! Coba kalau baru ketemu udah langsung meninggoy!" Galen yang sibuk bermain game ikut menyahut pertengkaran keduanya.

"ADA YANG BILANG GITU BESOKNYA KENA KARMA!" Gideon dan Gaitha langsung bertos ria setelah mengucapkan kalimat itu. "Damn it!"

Gideon dan Gaitha tertawa kencang tanpa memperdulikan tatapan dari orang di sekitarnya. "Makanya jadi orang itu jangan ngegame Mulu di setiap tempat!"

"Ngegame Mulu! Waras lo? Sekali-kali Lo flashback ke masa kecil!" Gaitha menatap Galen dengan geleng-geleng kepala. "Bener tu dengerin bos!"

"BOSOK!"

"Anjing lo!" Gaitha mengumpat tepat di depan wajahnya.

"Lagian lo berdua rese sih!" Galen kesal lantaran game yang ia mainkan harus kalah lebih dulu.

Gideon berdecak pelan. Ia berkacak pinggang menatap Galen dengan miris. "Nasib anak sekarang yang cuma mainnya ponsel doang! Lo gak tau gimana asyiknya bermain dimasa kecil gue dulu!"

"Gimana kakang?" Gaitha bertanya dengan antusias.

Gideon langsung duduk di bangku yang kosong di dekat mereka. Lalu, Galen dan Gaitha langsung duduk di bawahnya seakan sedang ingin mendengarkan dongeng dari seorang yang suka berdongeng. Kayaknya anak kecil Gaitha dan Galen menopang dagu menatap Gideon.

"Masa gue dulu itu sangatlah menyenangkan!" Gideon seakan mengingat-ingat kejadian masa kecilnya dulu. "Gue ini dulu mainnya di kali, manjat pohon, nyolong mangganya pak Slamet, mandi di kali, mancing di kolamnya pak Udin, nyolong nanas di kebun sekolahan SD gue dulu." Gideon geleng-geleng kepala.

"Kalian tau gak?" tanya Gideon kepada Gaitha dan juga Galen. Mereka langsung menggelengkan kepalanya tanda tak tau.

"Ck. Setiap pelajaran bahasa Indonesia gue itu selalu izin ke kamar mandi! Aslinya mah-"

"Pasti lo bolos?" tebak Galen.

"Aahhh ... pasti lo bohongkan?" Gaitha ikut memberi tanggapan akan cerita Gideon.

"Salah Gai! Yang bener itu Gideon mau bolos!"

"Salah lo itu! Mana mungkin dia mau bolos? Gideon itu pasti bohong!"

"Kok lo ngeyel sih?"

"Lo yang ngeyel beru!"

"Lo!"

"Lo!"

Gideon berdecak kesal. Kenapa jadi mereka hang berdebat? Padahal ini adalah cerita dirinya dan kenapa mereka tidak bertanya?

"GOBLOK! GUE YANG CERITA MAKANYA DENGERIN OGEB! INI NI! KALO OTAK-OTAK TIWOL!" Gideon berteriak membuat perdebatan keduanya terhenti. "Gue yang cerita kenapa lo pada yang sewot sih? Dengerin makanya!"

"Aduhai!!!!" Galen memekik.

"Aduh seksinya!!" Gaitha tak mau kalah dari Galen.

"Bodok! Capek gue!"

"Yuk nyerah jangan semangat!" seru Gaitha dengan senyum.

"Kuylah kita nyerah! Gak guna juga kita hidup!"

Lihat selengkapnya