Gaitha sedang sibuk bermain seorang diri di bawah pohon. Semua teman kelasnya sibuk dengan sendirinya karena tidak ada yang ingin mendekat dengan Gaitha jadi gadis itu memilih menyendiri. Sembari menunggu Gideon dan Galen yang berganti pakaian olahraga.
Matanya malas menatap kumpulan anak MIPA 2 yang ternyata ikut di jam pelajaran olahraganya. Terlebih ada Angel, tidak tau kenapa darahnya mendadak mendidih seketika itu juga saat melihatnya.
"Ngapain harus ketemu tuh cemun sih?" gumamnya. Namun, Gaitha sibuk mengumpulkan daun-daun yang telah berjatuhan itu dan menyusunnya dengan rapi.
"Hidup gue kayak daun ini yang selalu berjatuhan di kala sudah layu dan kering terbang terbawa angin. Tapi, daun ini gak pernah ngeluh kayak gue!"
"GAITHA! BURUAN BARIS!" Gaitha yang mendengar suara teriakan itu mendengus kesal karena tidak suka dipanggil seperti itu. Meskipun, ia sangat suka bertingkah.
Dengan langkah kakinya yang sedikit malas menghampiri barisan itu. Setelah itu, ia memilih untuk berbaris di paling belakang. Bodok amat hanya ada anak cowok.
"Lo kenapa baris disini? Pindah aja didepan!"
"Suka-suka gue lah!" sahutnya kesal.
"Cewek urakan!"
"Mending gue urakan berkelas! Daripada lo muka doang yang kelihatan good looking tapi aslinya Muna!" Gaitha tidak ingin kalah dengan adu bacot bersama anak kelas MIPA 2.
"Heh! MIPA 4 gak ada apa-apanya daripada MIPA 2!"
"Heh!" Frada yang mendengar hal itu langsung keluar barisan dan menuju ke arah Gaitha yang tengah adu bacot dengan anak MIPA 2. Frada menunjuk wajah cowok itu. "Enak aja lo bandingin MIPA 4 sama 2! Ya jelas bedalah!"
"Tapi, kelas kita lebih unggul dari kelas lo!"
"Modal otak aja gak butuh gue!" Gaitha berkacak pinggang seraya menatap lekat cowok itu. "Percuma lo jadi kutu buku tapi gak bisa ngehargai orang lain! Mendingan pemuda yang urakan tapi masih tau cara ngehargai orang lain!"
Cowok itu kalah telak dengan ucapan Gaitha.
"Woy! Cocong!" Gery berteriak membuat cowok tadi bergidik ngeri sendiri.
"Enak banget lo ngatain kelas kita! Mendingan kelas kita urakan tapi berkelas!" teriak Gery yang disambut tepuk tangan dari anggota kelasnya.
"Kelas mercon lo lawan! Bodoh!" umpat Frada.
Kelas MIPA 4 memang terkenal dengan nukutnha yang tidak bisa berhenti bicara. Hanya ada satu yang diam dan itu adalah Iin, cewek dengan rambut yang selalu di kepang dua. Otaknya yang cerdas membuat ia selalu menjadi bahan contekan dari yang lain.
"Woy! Babang Gideon yang paling Ganteng sejagat raya ini sudah datang!" Gideon berjalan layaknya seorang model yang sedang memperagakan sebuah pose.
"Gantengan juga gue!" ujar Galen yang berjalan dibelakangnya.
Gaitha kembali baris di belakang dan membiarkan ocehan dari anak kelas MIPA 2. Gideon dan Galen juga ikut baris dibelakang.
"Gai? Ada apa tadi? Gue ketinggalan berita hot apa?" cecer Gideon.
"Ya pasti ngomongin kegantengan guelah!" ucap Galen dengan menyugarkan rambutnya kebelakang. "Udah jelas gue ganteng paripurna gini!"
"Harap di perbaiki tingkat kepedeannya ya mas!"
***
"Bang? Gimana sama rencananya? Tinggal beberapa hari menuju hari perlombaan!' Andi terus saja mengintli kemanapun Alva pergi.
"Elah cil! Santuy aja kali! Mendingan kita happy-happy aja dulu!"
"Nonton anak MIPA 2 sama 4 tanding basket yuk bang?" ajak Andi.
"Kagak ada kelas tah lo?"
"Santuy bang. Kelas gue jamkos dan gak ada tugas."
"Males kagak ada yang cantik!" balas Alva dengan enteng dan sibuk berjalan menyusuri koridor.
"Lo gak salah ngomong?" Andi geleng-geleng kepala. "Ada kakel cantik badai betul! Mana kalau senyum! Beh! Mengalihkan duniaku bang. Sayangnya satu bang," ujar Andi.
"Apa?"
"Kemana-mana selalu pake topi! Gimana cara gue mau cuci mata lihat dia kalau selalu ketutup gitu!" Andi menundukkan kepalanya seakan merasa kecewa.
"Masih cantikan cewek gue!" Alva membalasnya dengan tersenyum bahagia. Membayangkan wajah Gaitha saja ia bisa senyum-senyum sendiri seperti ini. Sosok Gaitha adalah sosok wanita yang ia kagumi sedari kecil. Tingkahnya yang pecicilan selalu bisa menghibur Alva dan juga Atha yang tengah bersedih.