Video yang tersebar beberapa hari yang lalu masih menjadi buah perbincangan yang hangat di sekolah. Bukan hanya SMA Brawijaya tetapi juga sekolah lainnya. Banyak yang merasa tidak percaya diri akan perwakilan sekolahnya itu.
Berbeda dengan mereka yang masih kepo Gideon dan Galen malah bersikap tenang dan mengmasa bodo kan akan perlombaan itu. Mereka berjalan tanpa mendengarkan cibiran orang lain.
"Kalian jadi wakilin sekolah ini?"
"Kayaknya sih enggak! Emangnya ada anggotanya?"
"Bukannya Angel anak penyanyi terkenal itu ya?"
"Angel ngundurin diri karena gak sesuai sama mereka berdua."
"Gayanya sok banget! Aslinya letoy gitu hiks!"
Kedua tangan Gideon dan Galen sudah mengepal kuat mendengar ucapan itu. Apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. Mereka akan mengumpati Angel selamanya!
"Benci banget gue sama tu cemuna!"
"Gue juga!"
***
Gaitha berlari dari depan gerbang ke kelas. Hari ini ia tidak ingin di hukum dan mungkin besok akan siap. Semalaman ia sudah capek dan lelah menangis sedih melihat kondisi papanya.
"Alva?" Gaitha meneriaki Alva yang berjalan bersama dengan Andi. Dengan wajah songongnya Alva berhenti dan bersiap untuk menggodanya.
"Cantiknya Alva kenapa manggil? Kangen ya?"
"Najis bang!" sahut Andi merasa geli sendiri mendengar perkataan Alva. "Sirik aja lo cil!"
Gaitha memutar bola matanya malas. "Gue mau nerima tawaran lo waktu itu," ucapnya.
"Mau balikan sama gue lagi?"
"Kadar kepedeannta di kurangi bang!"
"Bocil Empang pak Komat diem aja lu!"
Andi menggerakkan bibirnya untuk mengejek Alva tanpa mengeluarkan suara. "Emang kalau udah bucin tingkat akut bikin orang geleng-geleng kaki!"
"Gue denger cil!" Andi melengos.
"Gue terima tawaran l-"
"Gue juga masih kok cinta sama lo!"
"Buka-"
"Gue tau lo pernah mutusin gue tapi semua itu pasti ada alasannya kan?"
"Maksu-"
"Gak perlu minta maaf! Gue udah maafin lo sejak dulu!"
"Gu-"
"Gak perlu Gita! Gue juga saya-"
"Bodoh! Gue mau bilang Nerima tawaran lo yang mau ikut kompetisi nyanyi bego!" Gaitha sudah kehabisan kesabarannya menghadapi Alva yang terlalu bucin. "Dasar Alvaro Maldini!"
"Gantengan gue kali!"
"Diem lo bocil Empang pak Komat!" bentak Alva bersamaan dengan Gaitha. Andi menatap tidak percaya. "Ikatan batin kalian sungguh kuat bung!"
"Kalian andaikan mbak Andin dan mas Aldebaran!" ulang Andi.
"Eh! Gue masih perawan dan belum janda! Lagian gue ogah sama dia!" Gaitha menunjuk Alva.
"Awas nanti kalo kehilangan nangis lagi!" goda Alva.
"Bang! Bisa gak sih jangan ngomongin mati mulu! Heran gua!"
"Inget kata-kata pak presiden Bj. Habibie!" Alva mengambil napasnya yang cukup dan menghembuskan ya secara perlahan.
"Hiduplah seakan besok engkau mati! Dan matilah seakan besok kau hidup!"
"Salah bodoh!" Gaitha langsung menoyor kepala Alva asal. "Bukan gitu!"
"Tau nih bang Alva! Ngaco mulu omongannya!"
Alva senyum dengan tak bersalah. Memang tidak bersalah. "Berarti ingatan dan pemahaman kalian masih bagus!" Alva mengacungi jempolnya. "Cuma bisa dua jempol gak bisa lebih!"
Gaitha merutuki nasibnya bisa memiliki mantan pacar seperti Alva ini. Tidak tau apa yang dia lakukan dan apa yang diidamkan oleh ibunya dulu saat mengandung.
"Hiduplah kamu seperti akan mati besok dan berbahagialah seperti kamu akan hidup selamanya!" Alva mengangkat tangannya seperti orang yang baru saja selesai berpidato dan mendapatkan banyak surai tepukan tangan dari penontonnya.
"Bahagialan Gita! Karena kamu pantas bahagia tidak hanya untuk disakiti!"
"Kesambet setan pohon toge pak Bambang ya bang? Dari tadi sok bijak mulu mulut lu! Gue jadi was-was kalau ternyata lo itu bukan bang Alva tapi setan?"
"Gue bijak salah gak bijak juga salah. Tapi, cinta gue gak pernah salah kok!"
"Serius bang!"