Gaitha

Lisa Ariyanti
Chapter #18

Katanya bikin malu?

3G sedang mampir ke rumah makan nasi Padang. Betapa nikmatnya dingin-dingin menikmati nasi Padang dengan sambal ijo di balut dengan telur dan lauk pauknya. Mereka sudah tidak sabar menunggu pesanannya datang.

"Sungguh saya sangat lapar dan menunggu kedatangan nasi Padang!" ucap Gideon dengan dramatis.

Galen mengelus perutnya. "Anak cacing gue udah butuh asupan nih!"

"Cacing gue malah udah tidur kelamaan laper!" Gaith sudah mengeluh sedari tadi karena rasa laparnya sudah tidak tertahan lagi.

"Alva sama Andi nungguin kita lama gak ya?" ucap Galen.

"Biarin aja nunggu. Lagian juga di rumahnya kan?"

"Lo tau rumahnya?" tanya Galen.

Gaitha mengangguk. "Tau."

"Anj-" Gideon menutup mulut Galen sebelum mengeluarkan absen kebun binatangnya. Pasalnya Gideon dengan sengaja mendorong bangku Galen hanya karena iseng.

"Diem deh! Gue lagi laper!" keluh Gaitha.

"Kapan lo nggak laper sih Gai?" Galen menatap Gaitha dengan heran. Setahunya mereka itu Gaitha terkenal dengan suka makan permen kaki dan juga camilan ringan.

"Mulut gue uwang kalau gak nyemil!" Gaitha menelungkupkan kepalanya. "Laper banget gue! Cacingnya udah gak nahan lapernya."

"Sabar! Orang gila kayak lo pasti sering kelaparan!"

"Mulut!"

"Gue cantik!"

Akhirnya yang sudah mereka nantikan datang. Nasi Padangnya sudah datang membuat mereka bertiga menjadi sangat bersinar.

"Makasih, mbak," ujar Galen dengan manis. Pasti kalau dimana-mana selalu Galen yang di suruh berbicara karena di nilai lebih santai dan kalem. Padahal aslinya sama aja!

"Makan sekarang ya?"

Mereka bertiga mengangguk dan mulai makan bersama tidak memperhatikan tatapan pengunjung rumah makan itu. "Matanya gak pernah lihat kumpulan anak kaya makan apa gimana?" tanya Gideon dengan gayanya yang sok banget.

"Be yourself!"

"Hiraukan mereka yang iri!"

"Jadi seleb kita mah udah biasa aja! Gai? Buka topi lo bodoh!"

"Lo sama gue pinter gue! Jadi, jangan ngatain gue bodoh!"

"Yaudah kita gak maksa makan aja."

"CK ... CK ... Kayak anak gak pernah makan aja." Gaitha ysng semula makan dengan tenang akhirnya menghentikan aktifitasnya. Rasanya sakit dan juga merasa tersinggung. Enak saja mengatai orang hanya karena cara dia makan atau bertingkah.

"Mulutnya minta gue cabein ya?" celetuk Gaitha. Ia paling sensitif dengan hal semacam itu. Selalu ikut campur dengan urusan orang lain tanpa ngaca bagaimana dirinya sendiri. "Ngerasa paling benar?" Gaitha bangkit dari posisinya dan menjilati jari-jari tangannya. Lalu diambilnya tisu.

"Emang lo siapa berani ngehina orang? Kalau perlu ni rumah makan gue beli!"

"Sok!"

"Emang gue kaya dan sok kamu!"

"Mulutnya gak pernah di sekolahin ya?"

"Baru denger ada sekolah mulut. Atau jangan-jangan lu yang buka sekolahan itu?" ucap Gaitha dengan nanar.

"Gak diajarin sopan santun ternyata sama orang tuanya."

Gaitha memperhatikan wanita didepannya ini saksama. "Bukannya lo yang di sekolah waktu itu?" Gideon dan Galen ikut bangkit dan menatap kearah wanita yang barusan marah-marah.

"Gak ada kapoknya ya lu! Seneng banget bikin gue naik pitam!" Gaitha mengambil jus yang ada di mejanya dan segera menyeruputnya untuk menyejukkan tenggorokan dan juga pikirannya. Darahnya mendadak panas dan ingin meledak. "Emak sama anak sama aja!"

Lihat selengkapnya