Ruang kelas 12 MIPA 4 ramai dengan tindakan Gaitha yang kejar-kejaran bersama dengan salah satu guru yaitu Bu Hani. Beliau ini guru BK yang selalu memberikan pencerahan kepada Gaitha, namun sangat sulit untu mendekatinya. Bagaimana tidak? Gaitha sangat kesal dengan guru satu ini hingga dengan sengaja ketika guru BK kelasnya tengah menjelaskan materi ia dengan iseng menaruh permen karet di bangku hingga akhirnya lengket di rok Bu hani.
"GAITHA! KAMU INI NGGAK PUNYA TATA KRAMA YA?!" teriak Bu Hani yang tidak henti-hentinya mengejar murid kesayangannya ini. "Rok saya jadi kotor!"
"SENGAJA BU!"
"BERHENTI KAMU!"
"NGGAK BISA!"
"BERHENTI!"
"NGGAK!"
Bu Hani menghentikan langkahnya karena napasnya sudah tidak tahan lagi. Suasana yang hening ketika semua siswanya sibuk memperhatikan kejadian itu.
"Kayaknya Gaitha mulai gila ya?" Seorang siswi menyenggol lengan temannya sekadar memberikan asumsinya. "Nggak capek apa di hukum terus?"
"Gai? Berhenti lo!" pekik Galen dengan malas. Ia tidak berhenti memperhatikan Gaitha yang sengaja membuat ulah. Baru saja tadi pagi telat kini sudah membuat ulah kembali.
"Nggak bisa Galen!" ucapnya lemah. Namun, wajahnya masih tetap semangat 45. "Gue gabut!"
"Kamu gabut bikin ulah?" tanya Bu Hani sedikit menggeleng pelan. "Tobat Gaitha! Saya sudah capek!"
Gaitha merenggut mendapatkan respon itu. "Jangan berhenti marahin saya Bu!"
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya Bu Hani memilih untuk kembali duduk dan membereskan bukunya. Rasanya ia sudah tidak sanggup jika harus berurusan bersama dengan Gaitha kembali. Kemudian, ia berjalan meninggalkan kelas dengan kesal. Rasa bersalah memenuhi hati Gaitha, sehingga cewek itu mengikuti Bu Hani dari belakang.
"Bu? Maafin, saya ya?" Gaitha berjalan mensejajarkan langkahnya. "Saya gabut asli, Bu. Ibu kalau jadi saya pasti gabut juga Bu!" seru Gaitha hanpa henti. Sedangkan, Bu Hani hanya menggeleng pelan.
"Bu? Ibu ini guru paling baik yang pernah saya temui selain Bu Garang. Harus-"
Bu Hani menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Gaitha. Yang ditatap malah ketar-ketir sendiri. Sudah payah Gaitha menelan paksa salivanya kala tatapan Bu Hani begitu intens.
"Natapnya, jangan gitu Bu!" Mendadak nyalinya menciut ditatap seperti itu oleh Bu Hani.
Mendapat respon seperti itu membuat Bu Hani menghembuskan napas pelan. "Sebenarnya kamu ini kenapa? Nggak capek bikin ulah?"
Pelakunya malah tersenyum tanpa beban. Memang Gaitha bukannya takut malah senang jika dimarahi. "Saya gabut Bu! Dari tadi saya bilang kalau saya itu gabut!"
"Kenapa gabut kamu bikin ulah?" Sungguh guru satu ini hanya bisa mengelus dada jika muridnya seperti Gaitha. "Gabut lakukan hal yang bermanfaat dan menguntungkan. Bukannya malah merugikan."
Gaitha menjentikkan jarinya. "Nah! Itu dia Bu!" Gaitha membenarkan topinya yang sedikit melorot. "Saya ini pengen ngerasain yang nanya di marahin. Sebanyak guru di sekolah ini yang mau marahin saya itu ya cuma Bu Hani sama Bu Garang yang nggak ada bosen ya kalau marahin saya. Saya malah seneng tau Bu!"
Jawaban Gaitha bukannya membuat lega malah menimbulkan berbagai pertanyaan yang bercabang dari kepala Bu Hani. "Maksudnya?"
***
"Atha? Kamu sebenarnya suka sama Gaitha ya? Apa sih yang buat kamu suka sama dia?" Angel bertanya tanpa henti kepada Atha yang sibuk membaca. Mendengar lontaran pertanyaan itu tidak direspon oleh Atha melainkan diacuhkan. Keberadaan sosok Angel membuatnya tidak suka.
"Bisa jauh-jauh dari gue nggak?" pinta Atha pelan, namunpenuh penekanan.
"Kenapa?" Angel sempat kaget lantaran Atha yang ia kenal bukan seperti ini. Atha yang bertemu awal dengannya sangat baik tetapi kenapa belakangan ini semakin berubah? "Aku ada salah apa sama kamu?"
"Kalau aku ada salah kamu bisa ngomong. Biar aku bisa perbaiki."
Angel bingung kenapa hidupnya seperti ini. "Semua ini pasti gara-gara Gaitha!" batinnya.
Angel memegang lengan Atha, namun secepat kilat langsung ditepisnya. "Jangan pegang gue!"
"Kamu kenapa sih?" Angel mengerutkan dahinya tidak paham situasi.
"Lebih baik lo pergi! Gue nggak mau lihat lo!" Atha langsung berdiri meninggalkan Angel yang sedang duduk di bangku taman. Rasa penasaran dan bingung akan hal itu membuat Angel semakin yakin kalau Gaitha-lah penyebabnya.
"Aku nggak akan biarin kamu sama Gaitha! Atha!"
***
Kini di tengah taman dengan suasana yang ramai duduklah Gaitha bersama dengan Bu Hani. Keduanya duduk bersama tentunya dengan wajah kesal Bu Hani yang belum luluh juga. Bagaimana tidak? Ia harus mengganti roknya dengan yang baru karena tadi kotor terkena permen karet.