Setelah kejadian di taman belakang tadi Gaitha kini sudah berada di ruang BK. Kejadian tadi tidak sengaja di ketahui oleh pihak sekolah dan di tonton banyak siswa yang melewati area itu. Gaitha tidak mau ambil pusing masalah ini karena dirinya memang tidak salah.
Sebanyak apapun pembelaan yang ia katakan maka akan kalah dengan wajah dan pembelaan polos Angel yang kini sedang menangis sembari menunduk. Sedangkan, Gaitha asik menghentakkan pelan kakinya di lantai dan menyapu sekitar ruangan itu.
Guru yang melihatnya seakan tidak memiliki cara untuk mengubah Gaitha. Kejadian ini sama seperti apa yang dulu pernah terjadi. Namun, tentu ada bedanya.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada Angel?" Akhirnya setelah beberapa lama hening ruangan itu terisi suara oleh pertanyaan yang keluar dari mulut Bu Hani.
"Saya diem aja Bu." Gaitha menjawab santai. Terlewat santai hingga membuat guru yang melihatnya merasa geram. Tentu Gaitha sadar akan hal itu dan memilih abai. Tapi, ada satu guru yang menatapnya dengan tidak suka dan itu membuatnya naik pitam detik itu juga.
"Kalau misalnya ada yang nggak suka dengan kehadiran saya disini mendingan keluar! Bikin otak saya tambah panas aja," celetuk Gaitha.
"Jaga ucapan kamu Gaitha!" bentak Bu Hani.
Guru yang semula Gaitha anggap baik dan penyabar ternyata sama saja. Ia memutar bole matanya, jarinya sudah mengetuk pelan pinggiran sofa dan berusaha untuk segera bisa keluar dari tempat ini.
"Saya kira di sekolah ini hanya ibu yang baik dan juga Bu Jumi. Ternyata saya salah besar! Semua guru disini sama saja!" sentak Gaitha dengan dingin. Tentu dengan tubuh yang masih menyender pada sofa.
"Guru itu mendidik dan mengajarkan hal yang baik pada muridnya. Tapi, yang saya lihat disini adalah kalian semua hanya meminta keterangan pada satu orang! Sedangkan, disini ada dua orang yang kemungkinan akan menjadi tersangka dan terdakwa diantara keduanya!"
Gaitha tersenyum, "kalau disini hanya mendengarkan satu kesaksian maka apa gunanya saya ada disini? Hanya disuruh mendengarkan pengakuan salah dari cemun? Atau ingin membuat saya minta maaf dengan dia?" tunjuk Gaitha pada Angel yang masih terisak. Melihatnya saja Gaitha jijik.
"Langsung aja hukum saya sekarang! Lebih baik saya di hukum daripada minta maaf sama ni cewek!"
"Mulut kamu Gaitha!" tegur Bu Hani. Beliau sampai memijat pelipisnya yang terasa sakit. Bu Hani bingung dengan keadaan yang terjadi. Bahkan kemarin dirinya baru saja mengobrol bersama dengan Gaitha dan sedikit paham akan jalan pikirannya.
"Bisa bicara dengan santai?"
"Saya sudah santai dari tadi." Gaitha membenahi topinya.
"Baik. Karena tadi kita baru mendengarkan satu kesaksian dari Angel. Maka besok ibu minta kedua orang tua kalian untuk datang dan melanjutkan sidang kali ini. Ibu ingin kedua orang tua kalian mengetahui bagaimana sifat dari anaknya jika di sekolah." Bu Hani mengeluarkan dua amplop berisi surat yang ia berikan pada Gaitha dan Angel.
"Tanpa surat papa saya akan datang." Gaitha berjalan mendekati pintu untuk keluar.
"Saya minta ibu kalian yang datang." Bu Hani mengeluarkan suara kembali.
"Akan saya sampaikan!" Gaitha langsung keluar begitu saja dan dengan sengaja menyenggol lengan guru yang melihatnya dengan tidak suka. Siapa lagi jika bukan guru yang menghinanya di kelas MIPA 2.
Angel diam-diam tersenyum menang melihat Gaitha terus dimarahi. Rasa sakitnya sedikit berkurang saat ini. Setidaknya gadis itu memiliki pikiran kalau Atha akan menjauhi Gaitha setelah mengetahui semua ini.
***
Gideon dan Galen duduk di kantin bersama dengan 2A. Siapa lagi jika bukan Andi dan Alva. Mereka kini hanya duduk sambil menikmati makanan yang sudah mereka pesan.
"Makan lo Alva! Mau sakit lagi lo?" tegur Gideon yang memperhatikan Alva hanya terdiam sedari tadi.
"Gue nggak mau makan. Lagi puasa," balasnya.
"Sok puasa lo!"