Gaitha

Lisa Ariyanti
Chapter #46

END

Hari yang sangat di tunggu oleh Gaitha sejak lama adalah bisa merayakan hari ulang tahunnya bersama dengan Alva semenjak dua tahun terakhir mereka tidak pernah bertemu dan saat sudah bertemu harapan itu muncul kembali. Namun, hari ini tidak seperti yang ia impikan dulu. Dimana ia akan merayakan bersama Alvaro. Meski dunia mereka sudah berbeda Gaitha tetap mendoakannya agar selalu bahagia dan tidak pernah merasakan luka di hidupnya.

Gaitha berjalan ke arah papanya yang sedang berbincang dengan paman Kevin. Gaitha memenuhi janji saat ini untuk menyanyi di sebuah acara yang pernah di katakan saat pertemuan pertama mereka di sebuah restauran, tepat saat Gaitha mendapatkan surat panggilan orang tua. Dengan dress berwarna biru Dongker panjang dengan lengan pendek, di hiasi menggunakan beberapa aksesoris yang begitu indah nan cantik itu terpasang pas di tubuhnya. Rambutnya dihiasi dengan mahkota yang cantik menambah kesan aura kecantikan itu memancar. Ia sendiri bingung kenapa bisa menggunakan pakaian seperti ini, jika boleh memilih maka ia akan memakai celana jeans atau celana pendeka serta baju kaos serta apapun itu yang membuatnya nyaman bergerak. Terlebih sepatu hak tinggi yang membuatnya susah berjalan, lebih baik menggunakan sepatu sneaker. "Ribet banget mau jalan aja," Gaitha tidak berhenti mengumpat kala kesusahan berjalan menuju papanya.

"Papa?!" Gaitha memanggil papanya dengan sedikit berteriak tanpa memperdulikan tatapan para orang yang memperhatikannya. Cantik tidak jaim itulah Gaitha. "Gaitha susah jalan!"

Renal terkekeh melihat putrinya itu. Namun, sebelum ia menghampirinya sudah ada seorang wanita paruh baya yang masih cantik dan begitu muda membantunya. "Sini saya bantu," tawarnya.

"Eh, nggak usah!" Gaitha menolaknya karena merasa tidak enak. "Mbak nggak usah bantu. Lagian mbak pasti juga susah jalan pakai baju kayak gini," ungkap Gaitha yang juga melihat pakaian wanita di depannya. Menggunakan gaun yang hampir sama dengan dirinya. Sama?

Gaitha menunjuk wanita itu dengan heran. "Kok bisa bajunya sama?" Wnaita itu tersenyum akan pertanyaan Gaitha. "Bukannya kamu pernah deket sama Alva ya?!" imbuhnya mengintrogasi.

"Gita? Sana temuin om Kevin dulu. Setelah itu sesuai janji kamu," ujar Renal yang tiba-tiba saja sudah masuk ke dalam topik percakapan mereka.

"T-tapi, pa?"

"Buruan!"

***

Gaitha sudah di posisinya dan siap untuk bernyanyi, berharap mereka semua tidak akan kecewa dengan apa yang akan ia bawakan pada malam hari ini. Cahaya bulan menerpa wajahnya kalau sinar lampu di padamkan. Alunan suaranys yang lembut membuat semua ikut terhanyut akan lagu itu. Jika boleh menilai maka mereka akan menilai dengan sempurna, suara Gaitha mirip dengan suara almarhumah Gistha, yang sampai sekarang masih mereka kenang dengan erat.

Banyak bisikan dari para tamu yang datang dan berniat menjodohkan putra mereka dengan Gaitha.

"Anak saya jomblo lo, pak. Sabilah kalau di jodohin," ujar pak Hendri yang sedikit menggoda Renal.

Renal menanggapinya hanya dengan tersenyum. "Kalau saya serahkan semuanya sama dia, pak. Untuk saat ini mungkin masih sulit untuk dia karena baru kehilangan kembarannya."

Ya, semua orang tau jika Renal memiliki anak kembar dan salah satunya telah di pundut oleh yang maha kuasa.

"Saya ikut berduka cita, pak."

"Terima kasih, pak Hendri," balas Renal.

Semua hanyut akan situasi itu. Seakan lagu itu begitu menyentuh hati mereka. Terkadang lagu ysng dibawakan sederhana akan menjadi lebih bermakna apabila dibawakan dengan sepenuh hati dan begitu menggugah hati. Lagu yang dibawakan apabila sampai di lubuk hati para pendengarnya, maka penyanyi itu telah berhasil membawakannya dan mencampur aduk perasaan.

Gaitha menyelesaikan lagunya dan labgsung turun menemui papa-nya dan om Kevin. "Papa? Gita mau ganti sepatu aja deh," keluhnya. Sungguh sepatu yang ia gunakan saat ini sangat menyiksanya. "Pegel banget ini kaki. Kalau misalnya nanti Gita keseleo gimana?"

"Pakai sepatu kayak gitu, jalannya harus sedikit anggun biar nggam jatuh," ujarnya.

"Papa tau kalau Gita nggak pernah pake kayak gini. Lagian ribet!" Gaitha mengerucutkan bibirnya capek. Lalu, ia melihat Kevin yang terkekeh melihat tingkahnya. "Om Kevin makasih udah mau undang Gita. Gita seneng deh bisa bantu om."

"Om hanya membantu papa kamu," terangnya.

Gaitha menoleh ke arah papanya, seakan ingin meminta jawaban atas pernyataan Kevin barusan. "Maksudnya apa, pa?"

"Acara ini papa buat khusus untuk merayakan hari jadi kamu sama Alva. Meski Alva udah nggak disini dia pasti mau lihat adiknya yang cantik ini bahagia. Bukan hanya itu, tapi papa juga mau meresmikan perusahaan baru yang papa buka di daerah ini."

Gaitha tidak bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh. Semua ini dilakukan hanya untuknya? Sungguh?!

Gaitha langsung memeluk Renal dan menangis sesenggukan. "Makasih, pa."

Lihat selengkapnya