Hari ini Gaitha begitu senang dan juga berbahagia berkali-kali lipat rasanya. Rasa senang bercampur dengan bahagia akan kemenangannya semalam membuatnya begitu mengagumi dirinya sendiri. Langkah kakinya begitu lambat dengan tangan yang ia ayunkan ke depan dan ke belakang secara bergantian seraya menikmati pemandangan lingkungan sekolahnya.
Gaitha menghirup udara pagi itu dengan bahagia, "Senangnya dalam ginjal! Punya makanan sekeranjang!" Ia terkekeh sendiri mendengar celotehannya. "Aneh, banget gue ini!"
"Gue nggak nyangka bisa menang juara pertama semalam. Emang aura cantik serta ketenaran gue ini nggak ada yang bisa di bandingin!" Gaitha membuang gagang permen kakinya dan membuka bungkus permen lainnya. Hidup tanpa permen kaki bagaikan hidup tanpa doi bagi Gaitha.
"MISS!"
Gaitha langsung menghentikan langkahnya setelah namanya di teriaki oleh seseorang. Ya, dia sudah menebak jika itu suara Andi. Mendengar panggilan itu langsung mengubah atensi matanya untuk berbalik badan menatap Andi.
Andi yang berlari ke arahnya membuat Gaitha langsung minggir karena anak itu tidak memiliki keseimbangan yang pas saat berlari. Dengan kencangnya Andi berlari sampai lupa mengerem dan akhirnya.
"CIL?! AWAS LO JATUH BEGO! ITU ADA BATU!"
Dan teriakan Gaitha seperti tidak di gubris olehnya karena sudah terlambat hingga tubuhnya terjungkal karena kakinya kesandung batu.
"Cil!" Gaitha ingin tertawa karena Andi terjatuh dan juga tidak ingin membuat cowok itu malu ia berusaha untuk menahan tawanya. Tangannya berusaha memegangi perut agar tidak kelepasan. Gaitha menghampiri Andi yang mengusap celananya karena kotor.
"Sakit nggak cil?" Gaitha berusaha menolong Andi untuk berdiri. "Makanya kalau lari di rem!"
Andi menggembungkan pipinya dengan begitu menggemaskan. Membuat Gaitha ingin mencubitnya. "Kalau mau ketawa, ketawa aja Miss! Kasihan nanti anginnya keluar dari pantat!"
Gaitha langsung memasang wajah galak kepada Andi. Malu kalau sampai hal itu beneran terjadi.
"Miss! Lo harus tau ini penting!" Andi seperti sangat antusias untuk memberikan kabar ini pada Gaitha. Sampai ia rela terjatuh untuk menyampaikannya.
"Apa?" Gaitha menanggapinya dengan santai. "Apa pentingnya buat gue sih?"
Andi mencoba menghela napasnya sejenak untuk meredakan debaran jantungnya. "Kita harus lihat bang Alva mau tanding basket!"
"Urusannya sama gue apa?"
Andi menginjak kaki Gaitha kesal, hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan. "Lo harus bantuin kelas dia sama kelas gue Miss!"
Perkataan Andi membuatnya semakin bingung dan malas. "Bantuin apa? Nggak ada urusannya sama gue!"
"Jelas ada dong!"
"Apa?"
"Lo harus bantuin kelas kita supaya menang lawan battle dance! Kata bang Alva lo ahlinya!" Andi terus membujuk Gaitha yang tak kunjung luluh. "Lawannya 12 MIPA 2 sama 10 MIPA 1. So, lo harus bantuin kita Miss!"
Gaitha hanya mengangguk-angguk saja seraya mendengarkan celotehan Andi. "Terus?"
"Bantuin Miss! Kelas kita nggak ada yang bisa dance. Mana kelasnya bang Alva itu nolep banget! Kelas gue juga cuma beberapa yang bisa." Andi memasang wajah memelas agar si Gaitha luluh akan dirinya.
Pertemuan itu hanya menyisakan keheningan diantara mereka berdua. Hingga 10 menit berlalu dengan tidak ada yang membuka suara.
"Malas ada cemuna. Lagian apa untungnya buat gue? Dan kelas gue juga nggak ada sangkut pautnya sama hubungan kelas kalian?" Gaitha akhirnya memecah keheningan itu dengan sebuah penolakan. Gaitha langsung berjalan menjauh.
Andi tidak tinggal diam ia mengikuti Gaitha seraya membujuknya. "Kalau lo menang gue, dan bang Alva bakalan traktir lo makan mie ayam sepuasnya! Atau kalau lo msu sesuatu bisa kita kabulin. Ini semua demi anak IPS!"
"Gue anak MIPA."
"Yaudah! Lo pinginnya apa? Apa mau gue sama bang Alva traktir lo beli permen sikel busuk sama Arum manis?"
Gaitha langsung berhenti melangkah. Mata dan hatinya begitu berbinar mendengar hal itu. "Gue setuju! Kalian harus beliin gue itu setiap stok gue habis!"
Gaitha membalikkan badannya untuk menatap Andi dan mengulurkan tangannya mengajak untuk berjabat tangan. "Ini masalah kesukaan gue dan juga reputasi kelas lo berdua. Dan untuk cemuna gue lawan!"
"Asalkan kelas lo berdua nggak ada yang komen kalau gue ikutan!" Gaitha tau betul kelas lainnya pada ia bagaimana, sehingga tidak ingin memperbanyak musuh.
"Kelas cemuna pasti minta bantuan sama si Fay, anak kelas 11 yang ikut MD." Gaitha cukup mempertimbangkan penawaran Andi tadi dengan begitu matang. "Kapan?"
"Istirahat kedua."
"SETUJU!"
***
Jam istirahat kedua Gaitha hanya diam di depan kelas menunggu Andi untuk menjemputnya. Tapi, sejak tadi tidak ada yang muncul sama sekali, malah sekarang Atha yang menampakkan batang hidungnya. Hati Gaitha sedikit nyut-nyutan berada di dekat Atha.
"Jantung gue mau copot apa gimana ini?" Gaitha memegangi dadanya yang tidak bisa di ajak kompromi saat ini. "Jangan bilang kalau dia mau nemuin gue?"
"Halu banget lo!" Gaitha membentak dirinya sendiri di dalam hati. Bisa-bisanya ia menghalu akan Atha.