Gak Sengaja Poligami

Indra Hermawan
Chapter #2

Kinasih si gadis kampung

Kinasih si gadis kampung

Kinasih, sebuah nama yang berarti seseorang yang dikasihi. Sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi padanya saat ini, dimana dia telah disakiti dan menyakiti seseorang. Asih begitulah dia dipanggil oleh Abah dan semua orang di kampung. Dalam sebuah gerbong kereta, Asih duduk sambil menatap jendela melihat pemandangan, namun tatapan itu kosong dan penuh beban pikiran.

Asih dalam perjalanan menuju kampung halamannya setelah Zoe teman baik sekaligus teman kerjanya yang langsung menyuruh Asih pulang kampung segera setelah dia mendapat telepon mengenai kondisi Ayahnya yang sempat pingsan dikarenakan sakit. Berat bagi Asih untuk pulang karena hal yang terakhir yang dia ucapkan kepada Ayahnya itu adalah hal yang sangat menyakitkan. DItambah Ayahnya itu meminta Asih untuk pulang dengan membawa seorang suami, sungguh permintaan yang konyol.

Hal itu takan mungkin Asih lakukan mengingat permintaanya sangat mendadak, ditambah dia juga baru putus dari pacarnya yang ketahuan selingkuh dihari ulang tahunya.

“Abah.. Apa yang dia pikirkan? masa tiba-tiba harus bawa suami?”

Gerutu Asih sambil melihat petani yang sedang menanam padi dari jendela kereta itu. Area persawahan yang sudah tidak asing lagi bagi Asih, Tempat dimana Asih menghabiskan masa kecilnya bersama teman-temanya. Terlihat sebuah tebing yang dulu Asih hampir terjatuh di sana.

“Tebing itu, aku hampir jatuh dari pohon jambu yang aku naiki di ujung tebing itu. Untung saja anak kota itu menjadi pahlawan dadakan dan menyelamatkan aku."

Dia bernostalgia dengan masa kecilnya yang membuat dia terlupa akan ketegangan dia bersama Ayahnya. Waktu itu Asih masih berumur sembilan tahun, Asih seorang anak perempuan yang tomboy dan ceria, dia selalu mengenakan kaos dan celana pendeknya. Rambutnya sebahu cenderung pendek untuk ukuran anak perempuan. Lutut dan siku nya penuh luka dan pipinya kotor bekas ingus yang dia lap menggunakan tangan hingga 7 mengering. 

Sifatnya yang tomboy membuatnya lebih sering bermain dengan anak laki-laki  daripada anak perempuan di kampungnya. Bahkan dia menjadi ketua dari perkumpulan anak laki-laki sepermainannya. Hari itu Asih bermain dengan kerbau mang Jajang. Dia ikut memandikan kerbau di barengi Ogi dan Asep teman satu geng nya. Asih melompat menaiki kerbau itu dengan gaya, matanya berbinar seperti orang yang menaiki motor impiannya. 

Kerbau itu kaget ketika Asih tiba-tiba menaiki punggungnya, hewan pembajak sawah itu berlari ke arah jalan desa yang aspalnya sudah banyak batuan yang tercongkel hingga membentuk lubang. Ada seorang anak laki-laki lain yang sedang berjalan di jalan itu. Bajunya putih bersih dan rapi, memakai celana jeans dan sepasang sepatu. Asih yang tak bisa mengendalikan kerbau itu dan menabrak anak kota itu.

Alhasil anak laki-laki itu terpental ke sawah bersama Asih. Anak kota itu jadi berlumuran lumpur yang menyelimuti tubuhnya, dia tidak marah dan hanya diam ketika dirinya terjatuh. Asih panik dan buru-buru bangkit dari jatuhnya untuk melihat anak itu.

“Kamu gapapa?” tanya asih.

“Eh.. iya gapapa.”

Sepertinya anak itu sedikit pendiam, dia tidak marah sedikitpun pada Asih yang telah menabraknya dengan kerbau. Asih yang sifatnya bertolak belakang dengan anak itu ingin meminta maaf tapi dengan caranya sendiri. Dia mengangkat tangan anak itu dan langsung membawanya ke sungai bersama teman-temanya yang lain untuk membersihkan diri.

“Barudak, sekarang saatnya kita adu keberanian.” Teriak Asih.

Lihat selengkapnya