Dia yang ku pilih
Hari itu adalah hari terakhir Asih mengambil cuti, Ayahnya sudah dirawat jalan di rumahnya selama dua hari. Kondisinya semakin membaik, mungkin karena Asih yang merawatnya. Besok Asih akan kembali bekerja setelah seminggu dia meninggalkan pekerjaanya. Kehidupan di kampung sungguh berbeda dengan di kota, disini tenang dan damai, semua melakukan pekerjaan dengan santai dan ringan, Ada yang bilang bekerja di kota enak karena kerjanya ga perlu panas-panasan dibawah sinar matahari, pake AC juga. Namun selama di kota, Asih tak pernah melihat orang bekerja penuh tawa dan sesantai ini.
Bekerja di kota memang tidak terkena sinar matahari, tapi pikiran dan jiwa para manusia disana panasnya melebihi neraka. Kata kasar dengan nada tinggi sudah seperti suara keledai yang tidak sedap didengar, dan itu seburuk-buruknya suara. Di Kampung orang-orang berbicara dengan halus, lembut, sopan dan penuh tatakrama. Sangat jauh berbeda dengan keadaan di kota, walau tidak semua, tapi obrolan yang bising itu menjadi makanan sehari-hari Asih di tempat kerjanya. Asih menjadi pelayan di sebuah bar dimana tempat itu jauh dari kata positif. Namun itu cara Asih bertahan hidup di Jakarta dimana ijazah hasil kuliahnya tidak berguna.
Bukan karena dia kembali ke bar itu yang membuat Asih gelisah untuk kembali ke kota, Asih sudah terbiasa dengan kehidupan kota yang berisik. Namun dia gelisah dengan hal yang dijanjikan Zoe tentang lelaki soleh.
“Memangnya masih ada ya lelaki soleh di ibu kota?”
Setelah beberapa tahun Asih tinggal di Jakarta, dia sudah menyimpulkan bahwa Kota itu tak ada sisi baiknya dari sudut manapun. Sehingga dia sangat pesimis dengan apa yang dikatakan Zoe.
Esoknya Asih berpamitan kepada Abah dan Bi Ningsih untuk kembali ke Jakarta. Abah sempat tidak mau anak kesayangan itu kembali ke tempat yang tidak baik. Apalagi terakhir Abah menemui Asih, dia menemukannya dalam keadaan mabuk setelah menenggak minuman beralkohol.
Asih meyakinkan Abah bahwa dia takan pernah menyentuh minuman itu lagi, tujuannya juga kembali ke Jakarta bukan hanya untuk kembali bekerja saja, Asih mempunyai maksud lain dimana dia akan mencari calon suami untuk mengabulkan keinginan Abah.
***
Asih sampai di Jakarta sekitar pukul sepuluh pagi, dia lantas beristirahat dan tidur hingga pukul dua siang. Hal itu sengaja dia lakukan karena Asih bekerja di malam hari sampai subuh.
“KRIIING!”
Suara handphona Asih membangunkanya dari tidur siangnya, terlihat sebuah kontak bernama Zoe muncul di layar ponsel Asih tersebut.
“Halo Kinan? Lo udah sampe Jakarta?” dengan suaranya yang khas, lembut dan menggoda Zoe berbicara.
“Iya udah, baru bangun gue.”
“Nanti abis Ashar ada acara ga lo?”
“Engga sih, kenapa emang?”
“Ayo kita cari calon suami lo itu!”