Gak Sengaja Poligami

Indra Hermawan
Chapter #9

Poligami

Pagi itu, Furqon ke perkebunan milik Almarhum Abah yang telah ia kelola selama tiga bulan ini, dia menyapa  para karyawan disana kemudian memulai pekerjaanya. Dia melakukan pengawasan terhadap fisik, kualitas, kesegaran dan banyak lainya terhadap tanaman yang ia tanam. Bahkan dia tak segan untuk membantu menyiram tanaman serta memberi pupuk yang seharusnya pekerjaan itu dilakukan oleh karyawan-karyawannya,

Furqon sedikit melamun memikirkan kemana Asih pagi ini meminta izin, namun dia menepuk pipinya seolah memberitahu untuk tidak berpikir yang aneh-aneh. Seorang kakek tua yang bekerja di kebun itu menghampiri Furqon.

“Kenapa nak?” Tanya kakek yang bernama solihin itu.

“Engga pak, gapapa.” Jawab Furqon.

“Kirain ada konflik rumah tangga.”

“Alhamdulillah pak enggak kok pak, saya lagi mikirin nanti panen.”

“Oh iya ini kali pertama nak Furqon ikut panen ya? kalo panen itu biasanya kalo Abah melakukan ini…”

Pak Solihin memberikan informasi lagi kepada Furqon mengenai kebiasaan panen yang dilakukan oleh ayahnya Asih itu. Karyawan ini memang orang yang paling dekat dengan Almarhum Abah, mungkin  karena seumuran, atau mungkin juga karena pengetahuannya terhadap tumbuhan lebih dari karyawan lainnya. Furqon merasa sangat dekat dengan pak Solihin itu, seolah dia sedang mengobrol dengan ayahnya sendiri.

Waktu Ashar pun telah tiba, para karyawan telah pulang dan Furqon menyusul pulang paling akhir. Dia mandi dan memimpin Shalat Ashar berjamaah di masjid dekat rumahnya. Setelah itu dia pulang dan nampak anak-anak sudah menunggu di depan rumahnya.

“Kenapa pada masih di luar?” Sapa furqon terhadap anak-anak dengan lembut.

“Ga ada siapa-siapa pak ustad.” jawab salah satu anak itu.

“Lho Asih belum pulang? kemana dia pergi ya?” *dalam hati dia mulai khawatir.

Akhirnya Furqon mengajar ngaji sendiri terhadap anak-anak itu. Biasanya Furqon dibantu oleh Asih untuk mengajar anak-anak perempuan. Berhubung Asih tidak ada sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengajar ngaji, bahkan hingga waktu magrib tiba.

Furqon menyudahi belajar baca tulis alquran hari ini dan berangkat bersama anak-anak ke masjid untuk menunaikan sholat Magrib berjamaah. memang suasana di kampung itu sangat religius, nyaman dan tentram. Namun semua perasaan itu sirna ketika Furqon mendapati rumahnya masih di kunci seusai shalat magrib.  Rupanya Asih belum pulang, dia juga tidak memberi kabar apapun ke handphonenya, bahkan dia sampai mengangkat-angkat handphone nya di luar rumah karena takut tidak mendapatkan signal.

Sekitar jam sembilan malam, sebuah mobil angkot datang dan memasuki pekarangan rumah dimana Furqon sedang menunggu kepulangan Asih di depan teras rumah. Furqon berdiri melihat mobil itu dan keluar seorang wanita yang merupakan istrinya, nampaknya Asih menyewa penuh (Sewa angkot untuk keperluan pribadi dengan tujuan tertentu diluar jalurnya, dan privat sehingga tidak ada penumpang lain) mobil angkot untuk membawanya pulang. Kesimpulan itu Furqon dapat karena dia tahu bahwa tidak ada jalur angkot yang langsung menuju rumahnya.

Furqon bersiap untuk menegur Asih, dia berpikir bahwa saatnya dia menegur istrinya. Sebagai seorang suami dia ingin menunjukan kepedulian dan tanggung jawab untuk membuat keluarganya berada dijalan yang benar. Namun kemarahan itu reda seketika melihat seorang wanita lain yang berambut pirang, menggendong bayi dan turun seperti kesakitan sehingga dibantu oleh Asih.

Wanita itu adalah Zaenab atau yang sering dipanggil dengan nama Zoe. Furqon baru ingat, wanita itu adalah teman Asih yang datang secara tiba-tiba di masjid dan mengajaknya berkenalan dengan Asih.

“Bi, Abi.. tolongin ini.”

Furqon Pun bergegas membantu mereka membawakan barang bawaannya, mereka pun masuk kedalam rumah dan duduk di ruang tamu. Asih menceritakan apa yang terjadi pada Zoe, namun dia menyembunyikan bahwa tujuan dia ke rumah sakit adalah untuk memeriksakan dirinya ke dokter kandungan.

“Jadi seperti itu Abi, gimana boleh ga kalo Zoe tinggal bersama kita?”

“Ga masalah, kalo untuk beberapa minggu boleh ko.”

“Makasih banget ya pa Ustad, kebetulan banget kostan saya besok habis masa sewanya.” Sambung Zoe setelah Furqon mengizinkan dia tinggal di rumahnya.

“Dulu kan saya pernah bilang jangan panggil saya ustad kalo lagi ga ngaji kan?”

“Eh iya pak, eh A Furqon.”

“Asih, besok Abi bakalan ke rumah pak RT untuk minta izin, abis itu kita pergi ke kosan Zoe untuk bawa barang-barang dia.”

“Okeh siap bi.” Jawab Asih.

Lihat selengkapnya