Malam di kampung sangat berbeda dengan malam di perkotaan, sehabis magrib tidak ada lagi aktifitas yang dilakukan oleh penduduk disini sehingga keadaan malam hari di kampung sangat sunyi. Namun kesunyian itu hilang setelah salah satu jendela dari rumah Furqon pecah akibat dilempari batu oleh seorang yang tidak diketahui. Asih dan Zoe berteriak dan membuat para warga keluar rumah.
Furqon yang kebetulan baru pulang dari masjid langsung mengejar pria itu. Dengan muka penuh amarah dia berhasil menangkap bahu pria itu. Pria yang menggunakan kain yag dilubangi di bagian matanya itu menepis tangan Furqon, dia melakukan pukulan ke arah muka namun Furqon berhasil menghindarinya.
Furqon balik membalas dengan menendang bagian perut, namun pria tersebut menahan dengan tangannya. Mereka saling adu pukul dan ditonton oleh warga, Furqon yang pernah belajar bela diri bisa menghandle pria tersebut dengan jurus silatnya. Walaupun beberapa pukulan Furqon bisa ditangkis oleh pria tersebut, Akhirnya Furqon bisa melumpuhkannya dengan waktu yang cukup singkat.
“Oh ini maling yang selama ini nyuri ayam di kampung kita ini?” teriak dari salah satu warga.
“Bener pak, kemarin pas saya kehilangan karung beras, saya juga ngeliat pria yang memakai topeng itu.” teriak warga yang lain.
“Wah gak nyangka yah pa Furqon bisa berantem kayak di tv. Pantes aja istrinya dua.” Bisik ibu-ibu yang ikut melihat juga.
Asih dan Zoe ikut melihat kerumunan itu, mereka khawatir terjadi sesuatu terhadap suaminya. Asih menghela nafasnya ketika dia melihat suaminya berhasil menangkap pria itu. Bahkan ada beberapa warga yang memuji tindakannya. Sementara Zoe terdiam sambil menggendong anaknya yang masih bayi. Matanya melotot, air keringat keluar dari dahinya setelah melihat orang dibalik topeng tersebut.
Asih baru menyadari setelah melihat ekspresi Zoe, dia tak menyadari karena dia mengkhawatirkan suaminya. Seseorang yang dalam genggaman Furqon adalah pria yang tak asing bagi Asih dan Zoe, seseorang yang menghilang selama ini muncul kembali sebagai seorang pencuri.
Asih menghampiri Furqon dan membisikan sesuatu, sontak Furqon terkejut dengan apa yang dia dengar, lalu ia menutup kembali kain yang digunakan pria itu sebagai topeng. Dia melihat ke arah Zoe, namun Zoe mengeluarkan ekspresi seperti ketakutan.
“Apa yang ditakuti? takut pada pria ini? tidak.. dia justru takut pria ini menjadi bulan-bulanan warga.”
Furqon mengerti betul akan kondisi yang dihadapi sekarang setelah dibisiki Asih tentang kebenaran siapa pria itu. Kemarahan harus dia tahan agar tidak memancing kemarahan warga yang lebih besar.
“BAPAK IBU, SILAHKAN KEMBALI KE RUMAH MASING-MASING YA..PRIA INI AKAN SAYA AMANKAN!”
Furqon berteriak agar para warga membubarkan diri, warga yang masih membenci Furqon itu mengumpat, ,mereka berfikir mungkin Furqon ingin mengatasi masalah sendirian tanpa melibatkan warga. Warga yang kecewa membubarkan diri dan kembali ke rumah masing-masing,
***
Furqon membawa pria itu ke halaman rumahnya, dia kemudian membuka kain penutup wajah pria itu. Terurai rambut pirang namun kering dan tak terurus, panjangnya seleher dan sedikit gimbal seperti tidak pernah dicuci.
“Apa benar kamu Zakaria?” Tanya Furqon dengan penuh amarah.
“Gimana bisa kamu tahu?” Jawab pria tersebut.
“Apa kau mengenalinya?” Furqon menunjuk Zoe yang bersembunyi dibalik badan Asih.