Dalam keadaan lelah karena berlari dari kebun ke rumahnya dengan secepat yang ia bisa, Furqon merasa lega ketika apa yang didengar tetangganya mengenai teriakan di rumah, merupakan keributan dan kepanikan istri-istrinya karena Zahra mengalami demam kejang. Rasa lega itu bukan karena Furqon menganggap hal itu merupakan hal yang sepele, namun semua masalah telah diselesaikan oleh ketiga istrinya.
Zoe menatap Furqon dengan tatapan yang menandakan bahwa masalah itu belum selesai sepenuhnya. Benar saja, Asih yang tidak ada dalam pandanganya sedang meringkuk menangis sendirian di balik kamarnya.
“Umi, kamu gapapa?” Tanya Furqon yang menghampirinya.
“Jangan deketin aku?!” Tolak Asih.
“Kamu kenapa? apa kamu kurang sehat?” Namun kekhawatiran Furqon dibalas dengan ditangkisnya tangan Furqon.
“AKU BILANG JANGAN DEKETIN AKU, AKU JIJIK SAMA KAMU.”
Asih muntah ketika dia melampiaskan seluruh amarah pada suaminya. Asih mengatakan suatu hal yang sangat buruk yaitu kata jijik hingga Furqon hanya mematung mendengarnya. Asih sadar perkataanya itu salah, namun dia terlanjur mengatakan itu. lantas dia mengambil tas tentang yang sudah dipersiapkan sebelumnya yang berisi pakaian. Lalu dia meninggalkan Furqon dan istrinya yang lain tanpa pamit sedikitpun.
Furqon yang tadinya terdiam, kemudian sadar bahwa Asih akan pergi. Kemudian dia langsung mengejarnya, namun dihentikan oleh Zoe. Istri keduanya itu beralasan jika Asih memerlukan waktunya untuk sendirian.
“Biarkan dia, jangan dulu kejar dia.” Ucap Zoe
“Kenapa? dia mau minggat!” Ucap Furqon yang panik.
“Dia butuh waktu, aku tau sifatnya! Tenang saja, dia gak akan pergi jauh.”
“Sebenarnya, apa yang terjadi.”
Kemudian Zoe menceritakan ketika Zahra yang kejang di pangkuan Asih hingga membuat Asih merasa syok. Lalu dia murung setelah melihat CIndy dengan sigap melakukan penanganan pertama pada anak yang kejang. Dia tahu semua itu karena pernah melihat keponakannya yang mengalami hal yang sama. Namun entah kenapa setelah semua ini selesai Asih murung seperti semua kesalahan ini dilakukan oleh dia. Dia menyalahkan dirinya atas demam yang diderita Zahra, dia mengatakan demamnya Zahea tertular dari dirinya yang sedang sakit. Padahal Zoe tahu bahwa Asih tidak mengalami sakit yang sama seperti Zahra.
***
Asih menenteng tas nya yang penuh pakaian melewati jalanan kampung yang sudah lama ia tidak lewati. Langkahnya yang terlihat cepat membuat dia menjadi pusat perhatian warga kampung yang melihatnya. Tentu saja warga kampung menanyakan apa yang terjadi kepada Asih. Namun Asih tidak memperdulikannya dan melanjutkan perjalanan ke suatu tempat.
“Assalamualaikum, BI? Bi Ningsih?” Ucap Asih sambil mengetuk pintu rumah satu-satunya keluarganya.
“Waalaikumsalam.. ehh” Bi ningsih kaget ketika dia tiba-tiba dipeluk oleh satu-satunya keponakannya itu.
“Asiih kenapa? apa yang terjadi?”
“Bi, aku pengen cerai saja sama Furqon.”