Bab 2. Gadis Pemberani vs Pemuda Dingin
Suara tepukan tangan terdengar riuh memenuhi ruangan. Seluruh siswa yang sempat menyaksikan perseteruan antara Galang dan Sarah kini bersemangat melihat keduanya tampil sebagai pasangan.
Galang, pria hampir berusia 16 tahun, beranjak dari tempat duduknya dan meraih gitar di pojokan kelas, disaksikan oleh seluruh siswa dan siswi lainnya.
Dengan langkah percaya diri, ia duduk di depan kelas, menanggalkan topi yang menutupi wajah tampannya. Sekilas, ia melirik ke arah Sarah yang tidak bergerak dari tempat duduknya.
Bibir tipisnya tersenyum sinis, merasa menang jika gadis yang berani menentangnya di hadapan umum kini kehilangan nyali.
"Pagi semua, Bu Azizah menyuruh saya memperkenalkan diri. Sebenarnya saya dipasangkan dengan seorang wanita. Tapi sepertinya ia tidak bisa memenuhi tantangan! Atau mungkin nyalinya menciut karena tidak pandai bernyanyi," ucapnya dengan nada merendahkan.
"Huuuuu!" teriakan siswa dan siswi lainnya semakin riuh, tatapan mereka kini beralih mengejek Sarah.
'Jadi kamu menantangku, Galang! Oke, aku akan buktikan. Kamu yang akan malu karena tidak bisa main gitar!' Sarah membatin di tengah hiruk pikuk kelas.
Dengan langkah tenang, Sarah bangkit dan berjalan ke depan kelas tanpa menatap Galang.
"Perkenalkan, nama saya Sarah Amalia. Gadis desa, anak sederhana. Saya maju di depan kalian karena permintaan Bu Azizah, wali kelas kita. Saya mau menyanyi lagu lama, milik almarhumah Nike Ardilla. Judulnya, Bintang Kehidupan."
Seluruh siswa dan siswi seketika hening, terhanyut mendengarkan suara Sarah yang serak tapi berat. Suara unik yang memukau.
Namun, bukannya mengiringi dengan gitar, Galang terdiam. Sarah tetap menyanyi, hingga datang seorang teman, Kurniawan. Wajah manisnya dan kulit sawo matang menunjukkan keturunan lokalnya.
Petikan gitar Kurniawan selaras dengan lagu yang dilantunkan Sarah, membuat Galang tersentak.
"Eh, hentikan! Bu Azizah kan nyuruh saya! Kenapa kamu yang main gitar, Wan?" Galang seketika turun dari kursi dan melangkah mendekati Kurniawan.
"Eh sudah, jangan bertengkar! Kita perkenalan langsung saja, turun semua! Kembali ke tempat duduknya masing-masing!" perintah Bu Azizah yang tahu perangai Galang.
Kurniawan meletakkan gitar dan mengulurkan tangan membantu Sarah turun.
"Eh, Wan! Masalah kita belum selesai! Kamu tidak tahu saya anak siapa? Main nyerobot saja!" Galang menatap Kurniawan dengan marah.
Kurniawan dan Galang saling menatap tajam. Sorot mata Galang berpindah ke arah Sarah yang terlihat nyaman digandeng saingannya.
Tatapan tidak suka itu entah mengapa menimbulkan desiran aneh di hati Galang.
'Kamu bukan siapa-siapa, Ra! Aku membencimu!' Galang membatin dengan tatapan tajam.
Suasana perkenalan saja sudah ricuh, bagaimana jika Sarah menghabiskan setahun dalam satu kelas?
"Oke, terima kasih Sarah sudah menyumbangkan lagu menghibur teman-teman di sini, suaranya keren banget. Dan Galang, kenapa tadi bengong? Jadi diganti sama Kurniawan. Yah ... sayang sekali, padahal Papanya Galang ini guru seni musik di sekolah kita juga," jelas Bu Azizah.