GALANG

Lia Lintang
Chapter #5

Pria Tampan Bersama Sarah

Hari itu Galang dan Sarah, sama-sama mulai mengagumi dalam diam. Keduanya memilih tak bercerita pada teman sebangku atau bahkan teman satu kelas lainnya.

Sama halnya seperti biasa. Suasana kelas berubah riuh di jam istirahat. Banyak sekali para gadis mengerumuni Galang. Pesonanya bak artis terkenal di sekolah itu.

Sementara Sarah, ia hanya bisa menatap Galang dari jauh. Meskipun pria angkuh itu sempat membalas tatapan matanya, entah kenapa ada rasa nyeri tersendiri melihatnya dikerumuni banyak wanita.

Tak ada tegur sapa di antara keduanya. Hingga pada akhirnya seseorang datang menghampiri Sarah.

"Ra, kelasmu yang mana?" tanya seorang pemuda yang tak kalah tampan.

Wajahnya mirip artis korea papan atas. Mendengar suaranya, membuat Sarah reflek menoleh ke arahnya.

"Satu dua, Mas," sahut gadis itu irit kata.

Ya. Sarah memang tak banyak bicara. Mungkin sikapnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pria tampan bernama Andika Prestiawan. Seorang siswa kelas 3 di sekolah itu.

Mendengar jawaban Sarah, ia han mengangguk singkat. Kemudian mulai mengeluarkan beberapa barang yang sejak tadi ia gendong di punggung tangannya.

"Nanti, mau bareng pulang?" tanyanya sembari menyodorkan beberapa novel bergenre romansa.

Sorot mata Sarah berbibar. Senyuman indah pun mulai merekah menghiasi wajahnya.

"Boleh, aku pinjam dulu ya?" Sarah meraih tiga novel dari tangan Andika.

"Novel ini buat kamu, Sarah. Ayahku bilang kamu suka membaca novel. Dan aku ingin kamu memiliki ini," terang Andika.

Keduanya saling pandang sejenak.

Ada rasa aneh yang Sarah rasakan. Bagaimana bisa Andika memberikan perhatian padanya seperti itu. Padahal yang Sarah tahu, ia adalah pria yang memiliki karakter sama dengan dirinya. Penyendiri, tak banyak bicara.

"Pak Kardi memberi tahu, Mas Dika? Kalian akrab ya?" tanya Sarah.

Andika menggeleng lambat, kemudian mengedarkan pandangannya ke arah lain. Seolah menghindari tatapan Sarah.

Dari sorot mata gadis itu terasa ia sedang mengintimidasi. Seolah penasaran bagaimana kedekatan guru favoritnya semasa di SD dengan anak semata wayangnya yang kini berdiri tepat di hadapannya.

"Kamu yakin mau pulang bareng, nanti?" tanya Andika, lagi.

Sepertinya ia hanya berusaha memastikan.

"Yakin, kenapa memangnya?" Sarah berbalik bertanya.

"Ummm, pulang denganku kamu akan jalan kaki. Aku lebih suka jalan, ketimbang naik motor. Kamu akan lelah nanti," sahut Andika sambil melambaikan tangannya ke arah beberapa teman yang berteriak menyapanya.

Lihat selengkapnya