GALLENTERA

Adella Kusuma
Chapter #8

Chapter 08

Pukul enam lebih empat puluh lima menit, Gala membeku memandang ke arah gapura kokoh di hadapannya. Senin pertamanya masuk sekolah, cowok itu mengenakan seragam putih biru dipadu rompi rajut berwarna coklat susu berlambang logo SMPIT Cahaya Insani pada dada sebelah kiri, lengkap dengan dasi yang dimasukkan ke dalam rompi. Cowok itu terlihat keren dengan sneakers putihnya.

Gala yang biasanya masuk sekolah hanya menemukan siswa laki-laki, kini dia sedikit terkejut karena kehadiran murid perempuan di sana, bukan hanya satu, kaum itu lebih dari seratus orang, berdiri di mana-mana.

Gala segera tersadar dari diamnya, ini sekolah negeri, dia akan cepat menyesuaikan diri di sini. Langkahnya diayun lebih cepat ketika gerimis kecil turun dari langit, SMANSA hari ini didominasi oleh siswa-siswi yang baru tamat dari jenjang SMP, sisanya ada beberapa kakak kelas yang berjaga di depan pagar, mereka adalah anak-anak OSIS yang akan membantu Gala dan teman-teman seangkatannya dalam masa pengenalan lingkungan sekolah selama tiga hari ke depan.

Kakak-kakak berbaju putih abu-abu dengan ramah mengarahkan mereka ke aula sekolah, beberapa dari mereka juga menunjukkan wajah garang dan meneriaki anak baru yang sedikit lelet agar disegani. Gala mengikuti jejak anak-anak yang lain. Cowok itu merasa asing, pasalnya, yang lain jalan bergerombolan atau setidaknya berdua, bertiga, sedangkan dirinya hanya sendiri.

Cowok itu mengikuti alur yang ada. Di dalam aula, mereka duduk lesehan di atas tehel putih yang dingin. Di sebelahnya duduk seorang gadis berjilbab putih, mata mereka sesaat bertemu dan langsung dibuang keduanya karena malu.

Aula besar itu sesak dipenuhi murid baru yang berjumlah lima ratus lebih manusia, untungnya suasana masih pagi sehingga belum tercium aroma tak sedap di sana. Tepat pukul delapan kepala sekolah mengambil alih acara dari kakak-kakak panitia, memberi sambutan juga arahan kepada mereka.

Gala hanya duduk mendengarkan dengan tenang, ranselnya diletakkan di depannya.

“Kamu ada permen?” lirih cewek di sampingnya.

Gala menengok ke arah sumber suara, dilihatnya gadis yang tadi sempat bertatapan dengannya, wajahnya pucat, matanya sayu.

“Ha a?” Gala sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu, membuat dirinya tergagap.

“Kamu ada permen?” Cewek itu mengulang pertanyaannya.

Gala spontan memeriksa kantong celananya, cewek itu menunggu dengan perasaan tak karuan. Tangan kirinya memegangi perut, sedangkan tangan kanannya menahan bobot kepala yang terasa berat.

“Maaf, saya tidak punya permen,” balas Gala setelah memastikan saku-saku yang melekat di tubuhnya kosong. “Sakit?” tanya Gala.

Percakapan dua insan itu sangat kecil, tenggelam oleh suara kepala sekolah lewat speker.

“Mual aja,” jawab cewek itu.

Gala melihat name tag gadis itu bertuliskan Adinda Mutiara.

“Belum sarapan tadi?” tanya Gala, yang dijawab dengan anggukan dari cewek itu. “Mau ke belakang saja nggak? Nanti saya izinkan ke kakak panitia.”

“Boleh, deh.”

Gala melihat ke segala arah dan menemukan salah satu kakak panitia berdiri sejajar dengan mereka.

“Kak,” panggil Gala dengan pelan sambil menaikkan satu tangannya tanpa mengundang perhatian yang lain. Untungnya kakak kelas itu sadar dan menghampiri mereka.

“Dia sakit, Kak,” ujar Gala ketika panitia tepat berada di depannya.

Kakak itu langsung merendahkan posisinya dan meraba dahi Adinda.

“Sakit?” tanya kakak itu.

“Mual, Kak,” jawab Adinda lirih tapi masih bisa didengar olehnya.

“Ayo, saya bawa ke UKS.”

Adinda dibopong oleh kakak kelas cewek itu, penampakan itu mencuri perhatian setengah siswa di dalam aula. Tak lama mereka berdua hilang dibalik daun pintu. Gala dan siswa lainnya kembali mengalihkan perhatian pada kepala sekolah.

Gala melihat jam di pergelangan tanggannya. Pukul sembilan, kakinya yang duduk bersila mulai terasa kebas, cowok itu meluruskan kakinya, meletakkan ransel di atasnya. Dia berharap kepala sekolah segera menyelesaikan sambutannya dan panitia melakukan ice breaking.

Lihat selengkapnya