Lima tahun yang lalu, Isogi tidak mengerti apa yang harus dirinya lakukan keculi mengikuti perintah Karradev yang memilihnya untuk mengemban tugas menggantikan anggota OPD sebelumnya dari negeri Karra. Umurnya masih sangat muda waktu itu, hingga para anggota dewan merendahkannya dan menganggap bahwa dia hanya lelucon.
Isogi tidak terima dengan perlakuan itu terutama di negeri Cakra yang penuh kebebasan, Isogi ingin melarikan diri. Setelah Cakradev di Maluku melantiknya sebagai anggota OPD, semua anggota dewan memprotesnya sampai-sampai dua anggota dewan dari negeri Karra merasa malu dan mengundurkan diri.
Di samping itu, seseorang yang tiga tahun lebih tua darinya mencoba memberikan dukungan dan meyakinkan Isogi bahwa dirinya itu mampu. Sebagai satu-satunya anggota OPD yang ditunjuk langsung oleh pemimpin negerinya, laki-laki itu percaya bahwa Isogi memiliki kelebihan yang luar biasa.
“Sa (aku) tau, ko (kamu) menyatakan cinta hanya untuk melindungi sa, mengapa sekarang ko mengajak sa menikah?” tanya Isogi, kini dia bersama Martulessy di pesisir pantai saat awan fazar merona dari balik lautan.
Pesta memang telah usai, Martulessy mengajak Isogi untuk berdua dan duduk di pasir putih yang halus “Dan beta sadar bahwa beta benar-benar mencintai ale.”
Teringat empat tahun yang lalu oleh Isogi, saat Martulessy menyatakan cintanya di keramaian acara adat yang diselenggarakan oleh Cakradev. Dia tidak bisa menolaknya karena tidak ingin mengecewakannya. Namun beberapa waktu berselang, ketua OPD memanggil Isogi yang telah mantap pelatihannya di negeri Cakra untuk bergabung di Nusakambangan dan meninggalkan Martulessy. Isogi pun meninggalkan Martulessy tanpa beban, akan tetapi pria yang mencintainya itu berjanji untuk menantinya kembali.
“Karena janji beta pada ale, saat ale kembali beta siap untuk meminang ale,” ucap Martulessy.
“Tapi, ko tau bukan bahwa dunia kini membutuhkan sa?” kata Isogi. “Dan sa harus menyelesaikan tugas itu.”
Martulessy menggenggam kedua tangan Isogi. “Meskipun ale harus meninggalkan beta lagi, tetap beta akan menunggu ale."
“Tapi,” Isogi menarik tangannya dan dia melepaskan lencana hati untuk diberikan kepada Martulessy. “bila saatnya nanti, sa akan siap menerimanya. Kini ko jaga lencana ini jika ko sangat mencintai sa.”
Raut kekecewaan terlukis di wajah Martulessy, tapi dia mengenal siapa wanita di depannya. Dia pun menerima itu semua. “Ya, beta akan menjaga ini, sampai ale bersedia mengenakan kembali.”
Seluruh pertanyaan Isogi dalam pencarian jati dirinya yang dulu selalu Martulessy coba menjawabnya. Membuat Martulessy sadar bahwa Isogi memiliki impian yang besar. Dan mencintainya harus memberikan semangat untuknya bukan menghalangi langkahnya.
Tidak jauh dari mereka berdua duduk, sesosok bayangan terlihat berdiri di bawah batu karang. Dia mendengar semuanya dan dia tahu semuanya. “Isogi,” desisnya mengiringi hembusan angin pagi.