GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #109

S3. Batti

Tujuan utama mereka telah selesai dan putri Rheina berhasil membuktikan mengenai kunci negeri Galuh di kuil suci. Satu rahasia dalam kitab pusaka telah mereka buktikan. Kini mereka akan segera kembali ke istana Loloda untuk bertemu Cakradev dan menjemput Mutia.

Malam masih menggantung di atas langit dan air laut pasang menenggelamkan jembatan yang menghubungkan pulau Seram dengan daratan Maluku. Mereka pun berkumpul di pesisir pantai menunggu fazar menyingsing saat air laut mulai surut.

Pulau Seram yang tadinya terasa menenangkan saat masih adanya kuil suci kini benar-benar mencekam. “Ternyata benar-benar seram pulau ini,” ucap Sandanu.

“Sepertinya ada sesuatu,” kata Boe waspada. “Aku merasakan energi negatif di sekitar sini.”

“Energi negatif apa?” tanya Galigo.

Putri Rheina sepertinya tahu sesuatu tentang energi negatif, tapi mungkinkah hal itu ada di pulau ini. “Bagaimana kau bisa merasakan energi negatif?”

Boe pun menceritakan mengenai dirinya. Dia terlahir dari sebuah eksperimen gila para ilmuan negeri Dhara yang menginginkan kekuatan besar untuk menguasai dunia. Dengan menggunakan sel iblis Puaka, ilmuan tersebut mencoba menciptakan senjata pemusnah masal yang sayangnya gagal.

Dalam eksperimen gagal itu, terciptalah Boe. Ibaratnya, Boe seperti titisan dari iblis berkepala tiga tersebut. Sebab itulah, Boe bisa merasakan energi negatif ketika ada kekuatan iblis.

Putri Rheina pun mengetahui mengenai tujuh iblis dari neraka yang jelas tertulis di dalam kitab pusaka. Dan terkurungnya para iblis di dunia kini, membuat mereka tidak mudah berrengkarnasi. Energi negatif akan terurai secara perlahan, meskipun energi negatif tetaplah kekuatan mengerikan yang tidak bisa dimusnahkan begitu saja.

“Jadi, maksudnya ada salah satu ibis itu di sini?” sahut Martulessy.

Mereka pun melihat ke dalam pulau, dan baru menyadari ada gunung yang menjulang tinggi. Tentu saja Martulessy tahu mengenai gunung itu karena dari kota Loloda pun terlihat. Saat mereka memperhatikan gunung itu, tanah mulai bergemuruh yang membuat mereka semakin waspada.

Terlihatlah, gunung itu bergerak seperti ada sayap besar yang direntangkan membuat pohon-pohon dan bebatuan terbang ke arah mereka, bahkan sampai ke arah lautan. “Krueak....” pekikan semacam burung pun terdengar saat gunung itu terangkat.

“Itu Batti, mahluk mitos yang sering diceritakan rakyat Maluku dan pemakan manusia,” teriak Martulessy terkejut saat melihat kelelawar raksasa yang merentangkan sayapnya dan lima kepala berleher panjang dan paruh burung yang panjang, selain itu ada sepuluh ekor panjang dengan ujung seperti anak panah. “ternyata iblis itu benar-benar masih ada.”

“Batti, mahluk itu adalah salah satu iblis,” putri Rheina masih terlihat tenang meskipun mencoba menghindari pohon-pohon yang meluncur ke arahnya.

“Apa dia seperti Samali’ing waktu kita di tanah Banjar?” teriak Galigo.

“Benar itu iblis berkepala lima, Batti.” Isogi meninju batu besar yang jatuh ke arahnya dan batu itu pun hancur.

“AKHIRNYA AKU BANGKIT SETELAH RIBUAN TAHUN KEJATUHAN KUIL SUCI SIALAN.” Suara Batti menggeram seram. “DAN BERUNTUNG SEKALI, ADA SANTAPAN MANIS UNTUKKU, MANUSIA-MANUSIA LEMAH.

Sebagai salah satu iblis, Batti bisa merasakan kehadiran manusia sebagai mangsanya yang menggiurkan. Segera, dia melesat untuk memburu manusia dan mereka semua dalam bahanya.

Terlihat mereka berada di jarak yang berjauhan akibat menghindari pohon-pohon dan batu yang terlontar akibat kebangkitan Batti. Sandanu berteriak memanggil Malin Kundang dan Galigo mengucapkan syair untuk mendatangkan Sawerigading. Boe juga tidak mau ketingkalan, Anaconda datang yang segera melahap dirinya sebagai perlindungan dan melarikan diri ke laut.

Lihat selengkapnya