GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #117

S3. Tanah Dani

Ketua suku Salomina mengerti maksud dari kedatangan Suanggi karena keberadaan Isogi, dan bagaimana pun dirinya sudah berjanji untuk melindungi negeri Karra dari ancaman mana pun. Seperti yang dikatakan Sandanu, kini ketua suku tanah Arfak itu tahu yang harus dilakukannya.

Beliau memang tidak bisa melangkah langsung ke sana, tapi ketua suku akan mengantarkan Isogi dan teman-temannya ke tanah Dani dengan cepat dan hanya itulah yang bisa dilakukan oleh dirinya. Isogi yang dibutuhkan oleh para Suanggi dan negeri Karra sekarang.

Di balai tari kini mereka berada. Isogi dan teman-temannya duduk bersila membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan. Di sekitar mereka ada puluhan penari Arfak yang siap membuka jalan pintas menggunakan kekuatan sastra yang digabungkan dengan kekuatan fisik melalui gerak tubuh, inilah yang disebut tari Tumbutana.

“Apa kalian siap?” tanya ketua suku Salomina.

“SIAP.” Isogi dan teman-temannya memejamkan mata.

Ketua suku Salomina membuat nada suara untuk memimpin tari Tumbutana dan diikuti oleh penari lainnya. Puluhan orang kini berjajar mengelilingi rombongan Isogi dengan bergandengan tangan, saling himpit, melompat, dan menghentakkan kaki sambil bernyanyi membentuk lingkaran cacing.

Tari Tumbutana yang diiringi nyanyian mistis membuka kekuatan sastra dengan gabungan gerak tubuh yang membuka kekuatan lain yang tidak diketahui hingga keduanya bergabung untuk menciptakan gerbang perpindahan melalui pengendalian batu akik mustika cacing milik ketua suku Salomina. Dan ini merupakan teknik rahasia yang benar-benar berbeda dan dibutuhkan energi aneh melalui tarian untuk melakukannya sebagai pendorong.

Saat untaian sastra dari lirik lagu yang dinyanyikannya membentuk lingkaran di sekeliling mereka dalam aksara Irian. Cahaya kekuatan aneh yang lebih dari sekedar sastra pun muncul melalui gerakan cepat dari tari Tumbutana. Dan gerbang perpindahan mulai terbuka.

“Lubang Cacing!” Ketua suku mengoperasikan proses perpindahan.

Kemudian, cahaya terang benerang muncul menyilaukan hingga menembus keraton Sailolof. Penduduk tanah Arfak pun terkejut melihat kejadian janggal di keraton Sailolof sebab mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi di sana. Geger orang-orang berkerumunan. Namun, cahaya itu segera padam.

Semua kembali seperti semula, para penari Tumbutana masih bernyanyi dan menari meskipun orang yang tadi di tengah lingkaran Tumbutana telah tiada. Hingga kegiatan itu selesai, mereka baru menyadarinya.

“Kita semua berhasil,” ucap ketua suku Salomina.

Semua lepas terharu dan lega. Lama mereka tidak melakukan tarian rahasia ini, di waktu yang mendesak mereka berjuang untuk yang terbaik. Mereka pun berharap, Isogi dan teman-temannya sampai tujuan dan tidak terlambat.

***

Di tengah medan terian Tumbutana, Mutia merasakan kekuatan aneh mengalir deras di antara tubuhnya. Kekuatan yang sebelumnya tidak pernah dirasakan, dia merasa sangat khawatir hal buruk akan terjadi. Tapi, Galigo yang menggenggam tangannya erat meneguhkan hati Mutia.

Saat gerbang perpindahan lubang cacing terbuka, Mutia merasakan tubuhnya terurai. Dia tidak tahu apa yang terjadi degan teman-temannya yang kini tidak terasa keberadaaan mereka. Gadis berambut marun itu pun masih memejamkan matanya hingga akhirnya saat dia membuka mata, menyadari bahwa dirinya telah berpindah tempat.

Kini dia berada di tengah hamparan salju putih yang dingin sebab dia hanya memakai pakaian minim. Tapi aliran sastra dari Aquarius membuatnya segera beradaptasi dengan lingkungan. “Kita ada di mana ini?”

Lihat selengkapnya