GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #119

S3. Tim Senja

Sudah beberapa hari, tiga sosok berjubah hitam dengan corak rasi bintang merah di bagian belakang. Mereka berkeliling kaldera yang berselimut salju abadi. Mereka mencari sebuah peradaban yang tidak pernah bisa mereka temukan. Tapi sepertinya mereka kembali ke tempat yang sama untuk beberapa kali.

Ada sebuah batang kayu besar yang tergeletak di bawah pohon tidak berdaun tapi memiliki cabang-cabang penuh bunga berkelopak lima warna jingga. Dua orang pria duduk di batang kayu tersebut dan satu wanita berdiri mengamati sekitar.

“Huft... sepertinya kita hanya berputar-putar di sini,” ucap seorang pria berbadan gemuk dengan jubah memiliki simbol rasi bintang sapi di punggungnya. “Untung aku masih memiliki cukup bekal cemilan,” lanjutnya sambil mengambil sekantung plastik keripik singkong.

“Coba aku minta, Taurus!” sahut satu rekannya yang mengenakan sebuah topeng kayu berbentuk wajah totem sambil merebut keripik singkong dari tangan Taurus. Pria itu mengenakan jubah dengan simbol rasi bintang pemanah. 

Baru sekali temannya mengambil keripik itu, Taurus kembali merebutnya. “Sini, aku tidak bisa hidup tanpa cemilan tau, Sagitarius.”

Sagitarius yang mengerti kelakuan temannya yang rakus dengan badan gemuknya yang tidak pernah merasa kenyang itu, segera mengabaikannya. Dia menoleh wanita cantik bermata biru tidak seperti manusia sewajarnya yang berwarna pupil kecoklatan. Wanita itu mengenakan jubah bersimbol rasi bintang gadis perawan. “Sekarang apa yang akan kita lakukan, ketua Virgo?”

Virgo tahu bahwa sudah berkali-kali melewati tempat yang sama bahkan sudah pernah bermalam juga di tempat itu, tapi masih belum menemukan tempat tujuannya. Tidak mungkin bahwa informasi yang diberikannya adalah salah. Ini kaldera Wanin di puncak gunung Jayawijaya dan seharusnya tanah Dani ada di sini.

“Ada yang tidak beres dengan tempat ini,” sahut Virgo. “Sepertinya kita harus menunggu.”

“Tidak mengapa menunggu,” balas Sagitarius. “Lagipula, kita hanya perlu menerima mahkota elemen itu bukan?”

Taurus yang sedang makan menimpalinya. “Iya, kita tidak perlu susah-susah menyusup dan menyerang, jika sudah waktunya pasti ada yang datang menjemput kita,” ucapnya santai.

“Mungkin baiknya aku tiduran dulu.” Sagitarius merebahkan diri di atas batang kayu yang didudukinya dengan kepala diletakan di atas paha Taurus.

Taurus pun tidak keberatan. Dia pun menyuapi Sagitarius dengan keripik singkongnya melalui mulut topeng yang berlubang. Virgo yang melihat kedua rekannya hanya bersantai-santai, dia sendiri memperhatikan sekuntum bunga yang gugur tanpa layu. Diambilnya bunga itu dan sambil tersenyum memakainya di atas telinga kanan.

“Kau cantik terlihat cantik mengenakan bunga itu,” goda Sagitarius.

Virgo hanya tersenyum kecil. Dia terlihat sangat cantik, jika dibandingkan dengan anggota wanita Arakar lainnya, Virgolah yang paling cantik. Rambutnya yang bergelombang jatuh lebat sepunggung berwarna magenta. Berkulit putih terang dan bermata biru seperti bidadari.

Virgo juga anggota yang paling ramah, juga mudah tersenyum. “Tapi mengapa ya Karradev akan menyerahkan mahkota itu begitu saja?”

“Aku sendiri tidak tahu,” jawab Sagitarius sambil mengayunkan kakinya yang diangkat satu.

“Meskipun mahkota itu akan diberikan kepada kita, nyatanya sampai sekarang kita tidak sampai-sampai di tanah Dani,” sahut Taurus. “Sepertinya ada yang direncanakan.”

“Aku sendiri sudah menduga hal itu,” timpal Virgo. “Dari semua negeri, negeri Karra satu-satunya yang tertutup dan misterius tiba-tiba memberikan pesan akan menyerahkan mahkotanya.”

“Cukup aneh pula, Karradev mereka bisa menemui pemimpin,” sahut Taurus tanpa berpikir.

Lihat selengkapnya