Bukan tidak mungkin bahwa ada sebuah jebakan di balik pemberian mahkota elemen cahaya yang cuma-cuma. Bahkan pertahanan negeri Karra tidak bisa disepelekan begitu saja, mengingat roh leluhur ikut menjaga dari sentuhan asing. Karenanya, Virgo siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Setelah mendapatkan mahkota, ada hal aneh yang dia rasakan mengenai keberadaan anggota dewan. Ada permainan lain yang menjadikan dua dewan itu sebagai ujung tombaknya. Sekarang Virgo benar-benar akan menyelesaikan semua ini secepat mungkin.
Virgo sendiri membiarkan dua rekannya untuk minggir, dengan yakin wanita berambut magenta itu maju menghadapi lawan. “Aku siap untuk melayani kalian.” Virgo tersenyum manis.
Keisiepo terlihat geram dan pria bertubuh kekar itu memulai serangan. “Mustika halilintar bersinar.... sambaran petir.”
Virgo memperhatikan arah datangnya serangan Keisiepo yang muncul dari atasnya. Sebuah serangan petir datang menembus dinginnya udara di tengah salju abadi. Cabang-cabang petir menyebar, hingga terdengar gerakan Saturnus dan Taurus menghindar tapi Virgo masih berdiri di tempatnya.
Ketika petir mencapai lapisan salju dan menyelubungi tubuh Virgo, di saat itu Virgo menangkisnya. “Batu safir bersinar...." Cahaya magenta keluar dari cincin akik di jari manis kiri Virgo. “PLASMA.”
Dan cahaya-cahaya berwarna putih magenta muncul di sekitar Virgo dan menyebar menangkal kekuatan petir. Petir sendiri bagian dari wujud plasma hingga cahaya yang datang menyerang Virgo memantul kembali.
“Sekarang giliran ko...” suara Keisiepo terdengar oleh Virgo.
Silas, satu anggota dewan lagi yang memiliki tubuh lebih kecil dan rambut gelombang yang dibelah samping merapalkan mantra. “Batu cyclop bersinar.... arus listrik.”
Serangan Silas membuat Virgo terkejut, dia tau bahwa plasma bersifat konduktif yang menjadi medium untuk kekuatan listrik. Dan aliran listrik pun mulai merambat kembali menyerangnya melalui cahaya plasma.
Laju arus listrik yang tidak terduga membuat Virgo harus menghindarinya, dia berlari sambil mengurai sisa cahaya plasma di udara. Kilatan-kilatan cahaya kuning dan putih magenta pun menyerempet permukaan salju yang membuatnya menguap. Arus listrik pun tidak berhenti-henti dan di permukaan salju pun membuat kaki Virgo tersetrum.
“Ternyata, aku terlalu meremehkannya.” Virgo meloncat dan di udara, dia menggunakan kekuatan sastra lainnya. “Batu safir bersinar... nebula.”
Awan-awan berwarna biru kehijauan muncul di sekitar mereka. Awan itulah yang disebut nebula yang bersinar dari plasma semi padat yang mampu menyerap arus listrik hingga terurai. Di saat awan nebula menghilang, Virgo terlihat sudah ngos-ngosan.
“Sepertinya, kitorang bisa menyerang bersamaan,” ucap Keisiepo. “ Awan nebula bisa memperkuat serangan sa punya petir dan plasma menambah serangan ko punya listrik.” Keisiepo menoleh pada Silas yang jauh lebih kalem.
Silas pun tersenyum. “Itu rencana yang bagus.”
“Kau pasti bisa mengalahkan mereka, ketua Virgo!” teriakan Sagitarius membuat Virgo lega sebab teman-temannya masih selamat.
Tapi ada yang aneh saat Virgo memperhatikan sekeliling istana Wanin, mulai terlihat sepi. Sepertinya prajurit negeri Karra tidak ikut campur dan ini menjadi keuntungan tersendiri. Meskipun demikian, Virgo tetap curiga dengan keadaan ini.
“Ada apa cantik?” tanya Keisiepo merayu. “Apa ko mulai gentar?”
“Sepertinya dia mulai waspada,” sahut Silas. “Ayo kitorang serang bersama.”
Silas dan Keisiepo berlari mendekat ke arah Virgo melalui arah kanan dan kirinya. Virgo sendiri siap untuk menghadapi serangan gabungan yang akan mereka lakukan. Di samping itu, Sagitarius masih berdiri jauh di belakang bersama Taurus yang santai nyemil kripiknya.
“SAMBARAN PETIR...”
“ARUS LISTRIK.”
Keisiepo menyerang dari arah kanan sedangkan Silas menyerang dari arah kiri Virgo. Dari langit, cahaya petir mulai terlihat kilauannya dan di permukaan salju, ada arus listrik yang mendekat. Kedua serangan itu menuju Virgo yang sedang menyerap sastra alam untuk menggunakan kekuatan sastra tingkat syair.
“Kilauan cahaya yang datang menerangi kehidupan, menuntun jalan dari kegelapan menuju terang. Batu safir bersinar... serbuk bintang.” Virgo tersenyum manis membuat dua anggota dewan itu terbelalak.
Kilatan-kilatan kuning dari petir yang menyambar dan arus listrik yang merambat di antara udara dan lapisan salju, tiba-tiba melebur dan menjadi kerlipan cahaya kecil. Istana Wanin yang terbuat dari bahan logam kristalium menjadi indah karena serbuk bintang yang melayang di udara sekitarnya.