Suatu tempat di negeri Karra, tanah Korowai. Tanah negeri itu terletak di antara lembah dua gunung yang terpisahkan oleh aliran sungai di antara celah pegunungan, pohon-pohon pun tumbuh subur menjulang tinggi di sekelilingnya menutupi seluruh permukaan tanah. Di antara pohon-pohon tersebut, sebuah peradaban tercipta.
Orang-orang Korowai yang membangun rumah tinggi di atas pohon-pohon besar. Rumah-rumah tersebut terletak di antara puncak pohon yang menyangga lantai dan dinding seperti sarang burung dengan atap dari dedaunan. Semua aktivitas kehidupan pun terjadi di atas pepohonan.
Jalan-jalan besar dibangun dengan jembatan dari akar-akar pohon yang saling berkesinambungan dari satu rumah ke rumah yang lainnya. Selain itu, persediaan air didapatkan dari batang pohon yang mampu meneteskan air untuk kebutuhan.
“Akhuak Niruma,” Orang-orang memanggil namanya dengan memberikan hormat ketika seorang pria muda yang gagah pulang dari perjalanan spritualnya.
Dia mengenakan pakaian kecoklatan dari anyaman daun kering. Wajahnya rupawan dengan tubuh tinggi berisi dan rambut hijau seperti brokoli. “Salam sejahtera!”
“Salam keselamatan untuk Rakuzan, murid tertinggi dewa Raferu yang dimuliakan.” Seorang tetua memberi penghormatan dan seluruh umat Rakuzan memberikan selamat bagi seorang anak yatim piatu yang hidup taat menjalankan ajaran dewa Raferu dan mencapai ilmu spiritual tinggi menembus dunia dan melawan waktu.
Setelah itu, Akhuak menetap di kuil tabu dan orang-orang meminta doa kepadanya untuk segala urusan hidup di dunia. Doa-doanya pun terwujud menjadi nyata, hingga suatu hari doa-doanya tak lagi terkabulkan.
Orang-orang Korowai, mencari petunjuk dewa Raferu sebab seorang Rakuzan tak lagi memiliki kekuatan. Akan tetapi, sebuah petaka terjadi. Hujan badai terjadi membuat rumah-rumah mereka berjatuhan dari ketinggian, dan dewa Raferu datang membawakan kutukan. Umat Rakuzan pun binasa.
Semua terjadi begitu cepat dan Akhuak Niruma yang memiliki sebuah batu akik mencoba melarikan diri, batu akik itu pun menyelamatkannya yang dia temukan dalam perjalanan menembus dimensi. Setelah itu, dia pergi meninggalkan tanah negerinya untuk mencari kebenaran dan keadilan terhadap Tuhan.
Dan kini di dunia para peri, sebagai salah satu anggota Arakar dengan nama biru Taurus. Dia menemukan kebenaran dan menuntut keadilan dengan sebuah dendam. “KARRADEV....”
Taurus melihat ratu cantik berdiri di singgasananya yang megah. Wanita yang sama dia temui di istana Wanin sebagai Karradev. “Aku di sini untuk menuntut keadilan atas seluruh umat Rakuzan!”
“Kau salah,” balas ratu Janggi. “Umat Rakuzan telah melanggar batas dunia, sihir hanya milik dunia peri sebab tak ada aliran sastra di sini, karena itu umat Rakuzan pantas dimusnahkan karena tidak layak berada di dunia tiga dimensi!”