GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #128

S3. Perjalanan Berikutnya

Hee yamko rambe yamko aronawa kombe

Teemi nokibe kubano ko bombe ko

Yuma no bungo awe ade

Hongke hongke hongke riro

Hongke jombe jombe riro.

Tanah Dani telah terbuka, bergema lagu persatuan negeri Karra yang dipersembahkan bagi pahlawan yang telah menemukan jalan yang dicari demi menyatukan semua tanah negeri di daratan Labadios.

Akses jalan menuju ke tanah Dani dibuat dan setiap tanah negeri berhak datang ke pusat pemerintahan negeri Karra. Bahkan, Karradev Janggi menggundang lima puluh ketua suku dalam upacara mengenang kematian atas dua anggota dewan yang diangkat sebagai pahlawan revolusi negeri Karra. Selain itu, beliau pun membuka rahasia yang selama ini tersembunyi mengenai para Suanggi dan juga dirinya di dunia liliput.

Semua ketua suku telah sepakat untuk membangun negeri Karra bersama meskipun kini tanpa adanya mahkota elemen dunia yang dibanggakan. Karradev juga telah memilih tujuh ketua suku untuk memimpin wilayah adat dengan gelar sebagai Fisjajao atau tujuh pemangku adat. Kemudian, rumah-rumah kedutaan pun mulai dirancang pembangunannya demi persatuan penduduk negeri Karra.

Di samping itu, Isogi dan teman-temannya telah meninggalkan tanah Dani lima hari setelah peristiwa datangnya Arakar. Karradev Janggi memberikan mereka kereta rusa dan rusanya sendiri diberi serbuk peri hingga mampu terbang sampai di lereng gunung. Karena itu, mereka tidak mengetahui yang sedang terjadi di tanah Dani ketika semua ketua suku datang dan menghormati Karradev Janggi.

Namun kabar itu pun mereka dengar dari berita-berita penduduk di tanah Hanasbey yang kini mereka berada. “Ternyata Karradev adalah manusia peri yang begitu cantik dan baik, selama ini beliau menutup diri demi melindungi negeri Karra dengan bantuan Suanggi.”

“Jadi, roh Suanggi adalah leluhur kita. Mulai sekarang kita harus berdoa untuk roh mereka.”

Kabar bahagia ramai dibincangkan di pasar tanah Hanasbey. Terlihat, Isogi tersenyum mendengar kabar baik tersebut. Dia sedang ada di sebuah kedai bersama teman-temannya sambil menikmati sarapan pagi.

Ada sagu lempeng di meja mereka, yang terbuat dari tepung sagu panggang bercetak tanah liat. Warnanya kemerahan dengan memiliki variasi rasa dari gula manis hingga kacang. Selain itu, ada juga sarang semut yang merupakan tumbuhan untuk pengobatan tradisional. Tidak lupa, minuman jahe yang hangat untuk pagi yang cukup dingin.

“Kamu sudah dengar, semua ketua suku datang ke tanah Dani?” ucap Sandanu pada Isogi. “Itu berarti Karradev mengabulkan permintaanmu agar seluruh penduduk negeri Karra bisa datang ke tanah pusat pemerintahan.”

"Karradev juga mengangkat dua anggota dewan sebagai pahlawan revolusi,” tambah Mutia.

Boe memberikan senyum untuk Isogi. “Impian ka Isogi untuk negeri Karra telah tercapai. Sekarang, apa ka Isogi akan pulang ke tanah negeri sendiri?”

Isogi terdiam menatap teman-tamannya, dan Galigo mencoba meyakinkan dia. “Kita tidak pernah bisa menghapus masa lalu, tetapi waktu terus berjalan dan memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki semuanya,” ucap Galigo. “Sekarang, giliran kita semua untuk mengantarkanmu pulang.”

“Tapi teman-teman,” sela Isogi. “Aku belum siap, lagipula Martulesy sekarang menungguku di tanah Lamaholot.”

“Bukankah, kita bisa singgah di sana sebelum menyeberang ke tanah Lamaholot di pulau Flores?” sahut Mutia.

“Benar, tujuan kita sekarang adalah mengantar Isogi pulang,” kata Sandanu sambil menunjukkan tangannya sebagai tanda semangat.

Namun ada pengunjung kedai yang baru datang dan mengucapkan. “Kau tahu, di antara semua ketua suku tanah negeri yang diundang Karradev ke istana Wanin, ada yang tidak datang loh!”

Lihat selengkapnya