GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #131

S3. Perompak Wanita

Sementara Isogi dan Mutia tinggal di kampung menggelar rapat bersama penduduk, Sandanu dan Boe pergi ke pedalaman hutan untuk menemui perompak Borneo dengan ditemani Mandinuma yang mengaku tahu tempat persembunyian para perompak Borneo. Karena untuk memasuki hutan mereka harus menaiki tebing batu, maka Malin Kundang datang membantu. Mereka berangkat dari arah air terjun flamingo, dan melesat ke atas tebing. 

“Sebaiknya, kamu kembali ke dunia astral!” ucap Sandanu pada Malin yang segera disanggupi.

Mandinuma sebagai orang Asmat yang tak biasa melihat mahluk astral merasa senang, apalagi bisa naik kerbau yang bisa terbang itu. “Kasumasa (terima kasih) Malin.”

Segera Malin Kundang melesat menembus sekat dimensi agar para perompak tidak menyadari kehadiran mereka. Boe pun menggunakan kemampuan mantranya untuk menciptakan beberapa ular pohon yang segera menyebar sebagai mata-mata. Lalu, Mandinuma memimpin memasuki hutan.

Tidak banyak berbicara, Mandinuma mengawal perjalanan dengan membawa tombak sebagai senjata. Kalau-kalau ada ancaman datang, dirinya bisa melawan meskipun sebenarnya dirinya tidak perlu khawatir karena ada dua orang jewel bersamanya sedang perompak yang bersembunyi di hutan hanya perompak biasa.

Mandinuma tahu, semua jewel dari kru perompak Borneo telah dibunuh begitu juga para jewel yang tinggal di tanah Asmat dipenjara sebagai tawanan. Karena itu, penduduk tanah Asmat tidak berani menentang aliansi Tetrabarun.

Selama menyusuri hutan, Boe tidak merasakan adanya seseorang melalui kekuatan ular pohon yang disebarkannya. Dia pun merasa curiga bahwa telah terjadi sesuatu di hutan ini. Belum hilang kecurigaan tersebut, Mandinuma meminta dirinya dan Sandanu berhenti dengan isyarat tangannya.

“Ada apa?” tanya Sandanu.

“Beberapa hari lalu, aya (saya) batemu sko (mereka) di sini tuk hantarkan sagu tapi tempat ini sekarang sepi,” ucap Mandinuma. Segera dia memeriksa dan terkejut melihat keadaannya. “Tra (tidak) mungkin.”

Boe dan Sandanu segera mendekati, dilihatnya puluhan orang telah terkapar tidak bernyawa. Boe pun memeriksanya dan tubuh mayat mereka masih hangat. “Mereka belum lama mati.”

“Tapi apa yang terjadi?” Sandanu tidak mendengar keributan sebelumnya.

Boe melihat ada sebuah gigitan di lengan orang yang diperiksanya. “Mereka terkena racun.”

“Salah satu kemampuan Tetrabarun bisa mendatangkan laba-laba beracun yang membunuh lawannya seketika,” sahut Mandinuma mengingat peristiwa beberapa minggu lalu. “Dan sko ini adalah kelompok perompak Borneo terakhir yang bertahan.”

Rencana Sandanu untuk bekerja sama dengan para perompak Borneo gagal. Dirinya tidak menduga jika keberadaan mereka di dalam hutan pun tetap diburunya. Itu berarti sudah tidak ada lagi kelompok perompak Borneo yang tersisa.

“Sekarang apa yang akan kita lakukan, Ka Danu?” Boe tidak yakin kali ini harus menghadapi aliansi tiga Tetrabarun.

Setelah itu, mereka bertiga bergegas kembali ke kampung untuk melaporkan hal tersebut kepada Isogi dan penduduk bahwa rencana mereka gagal. Awalnya Sandanu mengaggap bahwa bantuan mereka sangat diperlukan untuk mengetahui pihak musuh sebagai sesama perompak. Dan sekarang untuk mendapatkan informasi mengenai aliansi Tetrabarun tidak ada.

Namun, Sandanu yakin Galigo bisa mengatasi hal tersebut sebab dia seorang diri pergi menuju wilayah muara sungai untuk mendapatkan informasi mengenai aliansi Tetrabarun. Dan informasi dari Galigo adalah harapan mereka saat ini.

***

Naga Sawerigading menyusuri pinggiran tanah Asmat yang lepas dari pengawasan aliansi Tetrabarun. Di atas tubuhnya, Galigo mengamati tanah Asmat yang merupakan lembah anak sungai yang bermuara ke lautan lepas yang di kelilingi tebing batu dengan hutan lebat di atasnya. Satu akses terbuka di tanah Asmat melalui muara menjadikan tanah negeri ini tersembunyi dan sulit dijamah pendatang.

Sebagai sebuah tanah negeri, penduduk Asmat menggunakan lesung untuk bepergian ke luar tanah negerinya melalui muara sungai sebab aliran sungai yang ada semua berasal dari air terjun flamingo yang luas mengagumkan di belakang pemukiman jauh dari muara sungai. Sedangkan pusat pemerintahan ada di istana Agats yang dibangun di atas delta sungai menghadap lautan yang ada di sebelah baratnya.

Lihat selengkapnya