Baruna La Bolionto berhasil menyudutkan lawannya, Baruna Arai. Dengan jaring laba-laba yang dia keluarkan dari mulut membuat Arai terperangkap tak mampu bergerak lagi di dinding keraton Agats. Kini, Baruna La Bolionto siap mencabik-cabik tubuhnya dengan benang-benang tajam.
“Sekarang apa yang akan kamu lakukan?” Baruna La Bolionto mempermainkan juluran benang tajam di dekat wajah Baruna Arai.
Wajahnya yang mulai khawatir, Baruna Arai mencoba menghindari kalau-kalau benang tajam itu mencoba mencongkel kedua matanya. Matanya menyipit tajam mencoba mencari kelemahan Baruna La Bolionto. Walaupun terpojokkan, dia menunggu saat yang tepat untuk melakukan sesuatu ketika lawannya semakin dekat.
Baruna La Bolionto memang mendekati Baruna Arai untuk melihat wajahnya yang ketakutan. Benang-benang tajam yang dipermainkan membuat lawannya itu ketakutan, Baruna La Bolionto pun tertawa. Dia yakin tidak ada kemampuan lain yang bisa dilakukan Baruna Arai ketika kedua tangannya pun diselubungi benang laba-laba menempel pada tembok.
Semakin dekat Baruna La Bolionto dengannya, Baruna Arai mengalirkan kekuatan sastra dalam saluran pernafasan yang membuat wajahnya pucat untuk menahan agar aliran itu tidak kacau sebab pertukaran udara yang terjadi. Ketika aliran sastra mencapai tenggorokan, dia alihkan ke saluran pencernaan untuk melakukan serangan langsung melalui mulut seperti yang dilakukan Baruna La Bolionto sebelumnya hingga dirinya kini terpojokkan.
“Apa kamu siap untuk aku habisi?” Seringai Baruna La Bolionto tak menyadari sesuatu hingga Baruna Arai berhasil lakukan serangan tak terlihat. Kapten perompak Celebes itu merasakan dadanya tertusuk menembus jantung. “Bagaimana kamu melakukan ini?”
Perlahan aliran sastra Baruna La Bolionto memudar hingga Baruna Arai berhasil lepas dan berdiri unggul dihadapan penguasa samudera Arafura. “Kamu terlalu angkuh seperti dulu dan ceroboh?” Baruna Arai telah melakukan serangan jarum sumpit dari mulutnya, sumpit beracun itu tepat mengenai dada Baruna La Bolionto tanpa terlihat karena sebesar lidi.
Baruna La Bolionto mengakui kesalahannya, dia menarik mundur untuk melepaskan kekuatan sastra lain yang dia kuasai. “Jangan harap aku akan berhenti sampai sini.”
“Aku siap untuk meladenimu, kapten Celebes.”
“Dengan skala mohs, batu yang berasal dari jaringan kehidupan, cahaya menciptakan sebuah tatanan peradaban. Aku panggil roh bintang batu mustika laba-laba..... RETICULUM.”
Tubuh Baruna La Bolionto berpendar keabu-abuan dan zirah batu mustika laba-laba menyatu dengannya membentuk pola sarang laba-laba warna putih di antara kilauan abu-abu batu mustika laba-laba. Kini kekuatan baru dari sastra roh bintang, bersemayam pada dirinya sekaligus mengobati luka dan menetralisir racun di tubuhnya.
“Ternyata kamu sanggup menggunakan kekuatan sastra khodam,” ujar Baruna Arai serius untuk melawan Baruna La Bolionto.
Baruna La Bolionto dengan perubahan baru dalam diri dan kekuatan sastranya, masih melayang di udara dalam keraton Agats. “Bukan hanya anggota Arakar sepertimu saja yang bisa menguasai sastra khodam.”
“Jaring pemburu.” Baruna La Bolionto segera melakukan serangan.