Sementara Baruna Intcjeh pergi menghadapi kapten Borneo dengan kekuatan khodam, Baruna Kala datang kembali ke delta sungai dan menemui lawannya. “Maaf tadi aku pergi sebentar karena ada panggilan alam he he he.” Baruna Kala tertawa dibuat-buat sambil menggaruk-garuk rambut.
“Panggilan alam untuk buang air apa menyerap kekuatan sastra alam?” ketus Sandanu.
Baruna Kala terkekeh, dia akui bahwa dalam hal adu silat ternyata Sandanu lebih unggul. Apalagi dengan dukungan anggota OPD untuk mengalihkan perhatian sesekali, keduanya bekerja sama dengan baik sampai-sampai Kala Samudra harus menghindar.
“Mungkin kedua-duanya,” balas Baruna Kala santai. “Bagaimana jika aku tunjukkan sesuatu pada kalian?”
“Apa maksudmu?” Isogi menangkap adanya rencana di balik ucapan itu.
Baruna Kala memperhatikan pasukan perompak yang sudah tidak berdaya dan mereka ditawan oleh pihak keraton, terikat dan dikumpulkan menjadi satu. “Karena aku hanya seorang diri sedangkan wanita perompak itu melawan kapten Borneo dan satu Tetrabarun sudah dikalahkan. Jadi aku rasa diriku sudah terpojok sekarang.”
“Apa kamu akan menyerah kapten?” sahut Sandanu.
Dia menggeleng sambil tersenyum. Perlahan menarik dirinya ke belakang, Baruna Kala mencoba untuk menggunakan kekuatan sastra khodam. “Dengan skala mohs. Batu yang berasal dari aliran waktu yang berputar, sinarnya menunjukan perubahan zaman. Aku panggil roh bintang batu mutiara sandikala... HOROLOGIUM.”
Tubuh Kala Samudra terangkat di udara dan sinar batu akiknya menciptakan baju zirah hingga dirinya kini telah menyatu dengan batu mutiara sandikala berkat kekuatan sastra roh bintang, Horologium. Kekuatan sastra khodam membuat getaran yang merambat dan dirasakan oleh semua orang tidak seperti kekuatan khodam sebelumnya yang dilepaskan oleh Tetrabarun yang lain.
Melihat wujud kekuatan sastra khodam milik Baruna Kala, Sandanu dan teman-temannya mulai waspada. Namun belum tahu apa yang akan dilakukan oleh Tetrabarun itu, Sandanu melihat Baruna Kala menjauh ke udara bukan melakukan sebuah serangan.
“Apa yang akan dia lakukan?” tanya Boe namun tidak ada yang bisa menjawab.
Baruna Kala membumbung tinggi di langit hingga banyak penduduk tanah Asmat melihatnya karena bersinar terang dengan zirah batu mutiara sandikala yang bersinar kemerahan. Tangannya merentangkan seakan siap melakukan sesuatu.
Baruna Intcjeh yang sedang mempermainkan kapten Borneo pun mendongak melihat apa yang akan dilakukan oleh rekannya itu, dia tidak menduga bahwa penguasa samudera Bawean telah merencanakan sesuatu saat melarikan diri tadi atau mungkin ketika menetap di tanah Asmat cukup lama. Baruna Intcjeh ingat pembicaraan malam itu di kolam pemandian. Dia merasakan kekuatan sastra yang mengerikan merambat di udara.
“Pergeseran malam dan siang menyingkap rahasia waktu yang tersembunyi di antara gelap dan terang.” Tubuh Baruna Kala yang dilapisi zirah batu akiknya memancarkan sinar yang begitu terang menyilaukan. “ALIRAN WAKTU.”
Udara, tanah dan air di seluruh tanah Asmat bergetar. Cahaya-cahaya sastra dari untaian aksara kuno Palawa menciptakan kubah sastra dari legenda batu mutiara sandikala yang menceritakan sebuah peralihan waktu dari siang menuju malam atau sebaliknya.