GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #149

S3. Membangkitkan Khodam

Usaha terakhir Baruna Kala untuk mempertahankan kekuatan khodamnya menciptakan fenomena langka di seluruh dunia. Waktu berjalan singkat untuk beberapa saat. Bulan purnama yang terlihat di malam hari, jatuh dalam kedipan mata di ufuk barat seperti meteor dengan bergantinya fazar menyingsing di ufuk timur. Hal tersebut sangat dirasakan oleh orang di rumah Jew yang tahu bahwa tempat itu tidak terpengaruhi aliran waktu.

Karena fenomena waktu yang singkat, membuat Mama Maigoei berpendapat bahwa tanah Asmat pasti telah kembali semula. Dia pun meminta izin kepada guru Irimiami untuk membawa Mutia menemui Galigo. Wanita penjaga rumah Jew itu percaya bahwa Galigo dan Sikerei baik-baik saja.

Ketua suku Syuru Isoray yang lebih dulu mengizinkan mereka pergi dan mengantarnya ke air terjun Flamingo. Namun di sana, yang ditemukan hanya ada Sikerei yang tengah pingsan di dalam gua. Mama Maigoei menyadarkannya dan bujang itu tidak ingat apa-apa, bahkan dia sama sekali tidak tahu ke mana perginya Galigo.

Sementara Mama Maigoei membawa Sikerei kembali ke rumah Jew, Mutia bersama Sandanu kembali ke rumah Mandinuma dengan bantuan Malin Kundang dan mendapatkan kabar bahwa Mandinuma mengejar Galigo ke arah keraton Agats.

“Malin ayo kita ke delta sungai!” Mutia yang tidak sabar memerintahkan mahluk Astral yang menjadi teman mereka sejak di tanah Minangkabau..

Di samping itu, Isogi dan Boe lebih dulu pergi ke keraton Agats untuk mencari tahu keberadaan Tetrabarun sebab Isogi mengatakan bahwa OPD mengutus divisi pertahanan untuk menangkap para perompak itu melalui kisi yang dikirim oleh nyonya Bulawambona. Sebelum Isogi dan Boe sampai sana, Malin terlebih dulu membawa Sandanu dan Mutia sampai di area delta sungai.

“GALIGO....” teriak Mutia melihat Galigo bertarung di atas naga Sawerigading dengan anggota Arakar yang mereka temui di dunia liliput. Ketika itu, Mandinuma yang sebelumnya bersama Galigo telah pergi untuk mencari lesung miliknya.

Anggota Arakar yang dimaksud adalah Sagitarius. Melihat kedatangan lawan baru, Sagitarius tidak segan langsung melakukan serangan kepada mereka dengan panah arjuna. Kemudian, Malin Kundang dan Sawerigading terbang memutari anggota Arakar itu untuk memudahkan Galigo dan Sandanu melakukan serangan. Meskipun masih sanggup bertahan, bantuan lain datang. Isogi dan Boe sampai di delta sungai dengan Anaconda yang membawa mereka melalui sungai.

Akhirnya semuanya berkumpul, lima anak muda yang Sagitarius temui di dunia liliput dan berhasil mengalahkan Taurus. “Selamat bertemu kembali,” sapa Sagitarius.

***

“Dengan skala Mohs, batu yang berasal dari pohon kehidupan, sinarnya yang melesat menembus jiwa-jiwa yang kekal. Aku panggil roh bintang batu pirus.... SAGITARIUS.”

Dengan kekuatan sastra khodam, Sagitarius menghadapi lawannya yang bekerja secara kompak. Dilihatnya, naga berwarna putih kini ditunggangi Galigo dan Mutia. Sandanu bersama Isogi ada di atas tubuh kerbau yang bisa terbang, sedang Boe berdiri di atas kepala ular anaconda.

Di langit cahaya matahari mulai menerangi tanah Asmat. Galigo dan Mutia menggabungkan serangan. “HUJAN BADAI.”

“PELANGI” Isogi menciptakan cahaya pelangi yang melintang di atas delta sungai mencoba menyerap aliran sastra milik Sangitarius.

Sementara itu, ular anaconda yang dikendalikan Boe berhasil membelit tubuh Sagitarius. Dan Sandanu memanggil roh harimau putih yang mengaumkan suaranya ke arah Sagitarius. Namun, Sagitarius masih belum menyerah meski dirinya diserang lima jenis elemen sekaligus.

Lihat selengkapnya