20 tahun yang lalu di pesisir tanah Dayak, seorang nelayan menemukan bayi di dalam keranjang yang hanyut di sungai. Anak itu pun tumbuh besar dengan kehidupan nelayan, namun juga suka berburu menggunakan panah di dalam hutan. Suatu ketika, sebuah kapal perompak datang menyerang kampung nelayan itu dan membunuh orang tua angkatnya.
Sejak itu dia ingin menjadi pelaut dan melawan para perompak, impiannya pun terwujud hingga dirinya dijuluki Tetrabarun karena berhasil melawan perompak-perompak besar di seluruh lautan. Namanya pun dikenal di dunia pelayaran sebagai perompak muda yang ingin menjadi kaisar samudera. Dia adalah Arai Balawa.
Sebagai perompak, dia memiliki kemampuan mengendalikan batu akik sebagai seorang jewel bahkan kemampuannya di atas rata-rata para jewel karena kabarnya telah menguasai kekuatan sastra khodam dari dua roh bintang, yang salah satunya adalah roh bintang kelahiran.
Sebagai penguasa khodam roh bintang kelahiran, dirinya pun direkrut oleh organisasi Arakar dan mendapatkan misi untuk mendapatkan mahkota negeri Karra. “Karena itulah, Baruna Arai berlabuh di tanah Asmat,” ujar ketua suku Syuru Isoray.
Ketua suku tanah Asmat itu bercerita kepada Sandanu dan teman-teman di dalam keraton Agats dan didampingi Mama Maigoei. Di sana juga ada tiga Tetrabarun yang tertangkap untuk diserahkan kepada divisi pertahanan OPD.
“Aya menerima de sebab de sedia berikan informasi mengenai tanah Dani, bahkan kapten Arai mengaku terpaksa menjadi anggota Arakar sebab menjadi pengendali batu akik bintang kelahiran.”
“Lalu bagaimana Mama Maigoei bertemu dia dan memberitahukan tentang kami?” tanya Isogi kepada Mama Maigoei yang juga ada di sana.
“Kemarin, de muncul di rumah Jew setelah melarikan diri dari dunia liliput,” jawab Mama Maigoei menceritakan apa yang dia bicarakan di rumah Jew. “Hingga akhirnya Baruna Arai bersedia membantu kalian membangkitkan kekuatan khodam karena tahu kalian selalu terhubung dengan misi Arakar.”
Mendengar kisah tentang Baruna Arai Balawa, Baruna Intcjeh angkat suara. “Jika dia benar-benar tidak sepenuhnya berpihak pada Arakar, aku pernah mengikutinya sampai markas Arakar. Karena mengetahui hal tersebut aku menghubungi Tetrabarun untuk menjalin aliansi.” Kapten Andalas itu terlihat menyesal. “Ternyata dia anak tampan yang baik, sebenarnya aku juga masih menyukainya.”
“Markas Arakar,” sahut Sandanu. “Di mana itu nona Intcjeh?”
Semua menatap Baruna Intcjeh yang terikat kedua tangannya dan batu akiknya disita seperti Tetrabarun lain. “Saat itu aku mengikuti Baruna Arai di tanah Bali.”
Di samping mereka yang berkumpul di dalam keraton Agats, ternyata ada tamu lain yang datang dan mendengar pembicaraan mereka. Tamu itu adalah utusan Karradev Janggi yang datang untuk pengangkatan kepala suku tanah Asmat sebagai salah satu Fisjajao di negeri Karra. Sebelumnya, Fisjajao pun membantu penduduk tanah Asmat yang terluka akibat serangan Makanoe.