GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #161

S4. Energi Sastra

“Timbang menimbang batu kalimaya bersinar, aku berharap.” Libra melakukan serangan dengan menggunakan kekuatan sastra yang tidak diketahui jenisnya. Seketika batu akik di kalungnya menyala dan saat kedua telapak tangan menggenggamnya lalu mengarahkan kedua telapak tangannya kepada putri Rheina. Dan apa yang dibayangkan oleh Libra pun terwujud, sebuah ledakan yang cukup membuat seseorang terluka mengarah kepada putri Rheina.

Sandanu dan teman-temannya yang mendengar ledakan tersebut saat mencari jalan keluar dari area suci langsung menoleh kepada sumber ledakan yang menjadi tempat berdirinya putri Rheina. “Rheina?” teriak Sandanu berlari.

Saat dia memperhatikan kepulan asap akibat ledakan itu, Sandanu tidak melihat jejak putri Rheina. “Apa yang kamu lakukan?”

Memang serangan Libra bisa menghancurkan tubuh seseorang, tapi dia sadar bahwa putri Rheina telah menghindarinya. “Apa hal itu membuatmu khawatir?”

Sandanu tidak bisa menduga apa yang sedang terjadi, namun reaksi Libra yang bahkan kehilangan jejak putri Rheina, Sandanu yakin putri Lamaholot itu tidak apa-apa. Dan terlihatlah saat Libra menoleh ke atas bukit di belakangnya, putri Rheina ada di atas sana.

“Batu sei timor bersinar,” Putri Rheina menggunakan mantranya. “Alihkan!”

Tiba-tiba, sebongkah batu berada di atas Libra dan jatuh akan menimpanya, namun dengan gerakan yang lebih cepat Libra menghindari. Kemudian, Libra menyentuh bongkahan batu tersebut dan seketika hancur berserakan.

Putri Rheina pun berpindah tempat dengan cepat seperti yang pernah dilakukan di pulau seram. Kini, dia berdiri di samping Sandanu. “Terima kasih sudah mengkhawatirkanku.”

Sandanu mengangguk dan merasa lega. “Kami tidak menemukan jalan keluar, bahkan rasanya aliran sastra dalam tubuh kami terserap,” kata Sandanu dan ketika itu yang lainnya berkumpul.

“Sebagian besar aliran sastra seorang jewel dan aliran sastra alam merupakan sebuah energi sastra yang positif,” ujar Libra. “karena itu pusaran energi positif di area suci mampu menyerap aliran sastra dalam tubuh kalian.”

“Tapi aku merasa baik-baik saja,” ucap Boe.

Libra terkecoh. “Ok, mungkin karena memang dalam darahmu mengalir energi negatif dari iblis.”

Boe menyadari hal itu, energi sastra adalah kekuatan untuk merasakan pusaran kekuatan yang besar. Ketika energi sastra terkumpul maka pengumpul bisa merasakan energi apa yang terserap begitu pula objek yang terserap bisa merasakan. Ketika di pulau seram, Boe bisa merasakan energi negatif dari iblis Batti karena dirinya merasakan adanya tarikan energi terhadapnya.

Kali ini, Boe tidak merasakan energi positif sebab aliran sastra ditubuhnya tidak diserap tapi teman-temannya yang memiliki energi positif merasa tarikan tersebut meskipun mereka itu tidak mengetahui hukum energi sastra. Boe mengetahui hukum energi itu dari tuan Hasan Basri yang membawanya ke pulau Nusakambangan.

“Dan kamu pun tidak bisa menyerap aliran sastra dalam tubuhku,” sahut putri Rheina. “Karena aku juga memiliki pusaran energi positif.”

“Sayangnya kamu tidak mampu menggunakan energi tersebut,” balas Libra. “Sebagai pemilik mata suci yang dianggap titisan ibu Pertiwi, tubuhmu yang memiliki darah campuran tidak akan bisa melawan pusaran energi sastra milikku.”

Tubuh Libra melayang dan sebuah aliran sastra berpusat pada dirinya mengikuti tarikan energi sastra. “Akan aku tunjukkan bagaimana energi sastra bekerja.”

“Hati-hati, dia tidak menggunakan mantra atau syair.” Putri Rheina memperingatkan teman-temannya. “Dia menggunakan teknik sajak yang memanfaatkan energi sastra.”

“Sajak?” Isogi yang pernah belajar di Nusakambangan pernah mendengar teknik pengendalian batu akik tersebut.

Sajak merupakan tingkat khusus antara mantra dan syair bukan pula termasuk teknik rahasia. Kekuatan sajak bekerja dengan melepaskan aliran sastra alam seakan tubuhnya sendiri bagian dari alam. Dan itu bagaimana energi sastra bekerja.

“Timbang menimbang batu kalimaya bersinar, aku berharap.” Tubuh Libra bersinar terang dan harapannya adalah kematian bagi mereka semua.

Namun serangan Libra yang sangat mematikan, putri Rheina tahu apa yang dilakukannya sebelum terlambat. “Dengan skala mohs, batu yang berasal dari cahaya keadilan, sinarnya menunjukkan kebenaran mutlak dunia dan akhirat. Batu sei timor bersinar.” Di antara cahaya yang berpendar dari tubuh Libra, sepercik cahaya lain berasal dari tubuh putri Rheina melalui kekuatan sastra khodam. “NORMA.”

Lihat selengkapnya