GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #163

S4. Penghormatan

Keraton Bedulu terbuka, ramai oleh penduduk tanah Bali yang datang untuk memanjatkan doa, mengantarkan kepergian putri Rheina yang dikenal sebagai belahan jiwa dari titisan ibu Pertiwi. Tanpa adanya belahan jiwa yang melepaskan kekuatan mata suci, titisan ibu Pertiwi yang sesungguhnya tidak akan mampu melepaskan kutukan. Karena itu, mereka yang memiliki keyakinan akan peran sosok belahan jiwa datang untuk memberikan penghormatan atas pengorbanannya.

Upacara kremasi dilakukan di area suci dan dipimpin oleh ketua suku tanah Bali yang baru diangkat karena Libra tidak mungkin kembali menduduki posisi tersebut setelah identitasnya sebagai anggota Arakar diketahui hingga OPD berhasil menerobos keraton Bedulu. “Atas darma bakti yang terberkati, tenanglah di kehidupan sejati.”

Sandanu dan keempat temannya diberi kesempatan untuk memegang api darma untuk pembakaran jenazah putri Rheina. “Selamat jalan, putri Rheina,” ucap Sandanu ketika api kremasi membara dan nyanyian doa dari ajaran Darma Bali menggema dengan khidmat.

Setelah upacara kremasi, abu jenazah putri Rheina dimasukkan ke dalam guci untuk disimpan di dalam keraton Bedulu dan sebagiannya Sandanu bawa untuk ditaburkan di atas patung Garuda Wisnu Kencana. Dari atas patung tersebut, abu putri Rheina yang ditaburkan melayang terkena angin dan jiwanya terbang pulang ke surga yang tinggi.

Entah apa yang dirasakan oleh ayahnya di tanah Lamaholot jika kabar tentang kematian putri Rheina terdengar. Hanya ketabahan yang akan memenangkan jiwa, dan Sandanu teringat akan nyanyian pengembala di padang rumput yang membuat air mata putri Rheina berlindung, dan kini kerinduan itu akan dibawanya dan abadi.

“Sandanu.” Mutia menepuk bahu Sandanu dari belakang, dia tahu kesedihan yang dirasakan oleh Sandanu. Mutia dan yang lain berdiri di belakang.

Kain tenun yang diberikan putri Rheina, terikat di kepala Sandanu dan dia akan terus memakainya sebagai ikat kepala seperti kain batik yang tidak terlepas di pinggangnya selama dia mengembara karena itu adalah satu-satunya peninggalan orang tua yang Sandanu milik. Kini peninggalan putri Rheina pun akan menemani untuk perjalanannya.

Sandanu mendengar suara Mutia dan langkah kaki teman-temannya pergi meninggalkan dirinya memberikan kesempatan Sandanu terisak menangis sambil menutup air mata dan tersentuh kain tenun dari putri Rheina yang terikat di kepala.

“Menenun sama halnya merangkai sebuah alur dan peristiwa manusia di dunia, ikatan benang menjadi awal kehidupan yang terikat aturan. Lalu benang teranyam saling bertumpang tindih menjadi satu bagian yang utuh dan seperti itulah kehidupan manusia, yang saling berhubungan layaknya sebuah benang merangkai kain tenun.” Suara putri Rheina menggema dalam ingatan Sandanu membuatnya jatuh berlutut tak sanggup menahan tangis.

Ini pertama kalinya Sandanu terlihat sangat bersedih kehilangan teman yang begitu berarti dalam perjalanan hidupnya. Dia berjanji bahwa Arakar akan mendapatkan balasan, terutama Libra. Sandanu pasti akan bertemu dengannya lagi di kemudian hari dan menuntut keadilan yang sesungguhnya.

***

Karena Libra telah pergi meninggalkan tanah Bali dan terbukti melakukan kejahatan sebagai bagian dari organisasi Arakar, maka wakilnya yang kini menggantikan posisi sebagai ketua suku dan duduk di singgasana keraton Bedulu yang lama dikosongkan karena Libra sendiri tidak pernah menginginkan posisi tersebut.

Meskipun Libra terbukti bersalah, namun orang Bali yakin bahwa Dewi Kirana yang sesungguhnya adalah orang baik sebab mampu melepaskan kutukan orang Bali. Karena itu, keraton Bedulu pun membuat acara doa untuk penghormatannya supaya dia diberikan perlindungan dan kembali ke jalan yang benar. Bukan hanya itu di setiap alun-alun desa pun menggelar ritual yang sama. 

Lihat selengkapnya