Di tengah keramaian tanah Madura terlihat seseorang berlari menerobos kerumunan. Dia tidak peduli hardikan orang, tetap berlari menuju sebuah penginapan. Sepanjang jalan besar di tanah Madura berdiri rapat rumah taenan lanjhang yang saling menghimpit satu sama lain tanpa celah. Meskipun itu bukan rumah panggung, namun lantai rumahnya dibangun lebih tinggi berlantai batu yang diratakan menutupi permukaan tanah.
Rumah tanean lanjhang memiliki kerangka dari balok kayu dengan dinding menggunakan papan kayu, sementara atapnya menggunakan daun nimpah dan kerangka atapnya terbuat dari bambu membentuk beberapa model, ada model pancenan yang menyerupai tanduk atau ekor dan trompesan yaitu atap yang memiliki tiga patahan menyesuaikan lebar rumah.
Terlihat orang yang berlari tadi memasuki rumah penginapan yang beratap trompeson dan menghampiri seseorang membawakannya sebuah surat. “Kepala kapal, maaf ini ada surat dari tuan Galigo.”
Kepala kapal itu segera membuka surat tersebut dan isinya mengabarkan bahwa Galigo bersama teman-temannya akan menuju tanah Jawa dan diinformasikan pula bahwa Arakar menyerang markas pulau Nusakambangan milik OPD. Galigo berharap Eran segera meninggalkan negeri Sabda sebab kemungkinannya akan terjadi hal buruk.
“Ada apa Eran?” tanya We Cudai melihat wajah suaminya tegang.
“Negeri Sabda dalam bahaya, kita harus bergegas kembali ke negeri Dirga,” balas Eran. “Arakar yang mengincar mahkota elemen dunia akan menuju negeri Sabda.”
Di samping itu, tanpa Eran sadari ada sembilan orang tamu penginapan yang mendengar pembicaraannya. Kemudian mereka saling melempar senyum dan seseorang angkat bicara. “Kali ini akan ada putri Ronggeng yang berhasil memasuki candi Prambanan dan mendapatkan ilmu dari guru sejati.”
“Apakah itu artinya segel kunci akan segera terbuka?” sahut rekannya.
Rekan yang lainnya menimpali. “Lebih baik kita tunggu kabar setelah lima mahkota elemen dunia berhasil Arakar dapatkan.”
“Tapi aku penasaran, mengenai putri Ronggeng?” ujar seorang wanita di antara mereka.
***
Bagi banyak orang, ronggeng hanyalah seorang pelayan istimewa di lingkungan istana namun sebenarnya lebih dari itu. Sabdadev pertama yaitu Jayabaya yang memegang mahkota elemen suara setelah berakhirnya perang dunia meramalkan masa depan dunia yang akan kedatangan seorang Satria untuk mendapatkan ajaran dari seorang resi di candi Prambanan yang dijaga oleh seorang wanita cantik bernama Roro Jonggrang akibat sebuah kutukan.
Untuk bisa memasuki seribu candi yang diyakini telah ada sejak zaman Saka harus mengalahkan Roro Jonggrang, dan penjaga candi itu hanya bisa ditaklukkan oleh wanita yang lebih cantik dan hebat darinya. Karena itu, Sabdadev Jayabaya menciptakan sistem putri Ronggeng untuk disiapkan akan hal itu.