GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #177

S4. Persiapan Perang

Satu minggu kemudian, penduduk sipil kota Mataram telah mengungsi dengan dipimpin lima pilar tradisi Jawa yang dikenal dengan sebutan Limotrade sebagai penanggung jawab keselamatan penduduk sipil atas arahan Sabdadev Lingga dan pasukan gabungan lima negeri besar ditambah pasukan dari negeri Cakra telah berkumpul untuk melindungi kota Mataram sebanyak tiga ratus ribu prajurit. Kemudian Tetrabarun ikut bergabung dengan awak kapalnya yang kesemuanya berjumlah seratus ribu orang. Dan seratus ribu lainnya dari berbagai satria jewel yang ikut bergabung untuk melindungi dunia dari Arakar. Jadi, kekuatan tempur yang telah merapat di sekitar kota Mataram ada lima ratus ribu pasukan.

Meskipun demikian, masih belum diketahui ada berapa pasukan dari pihak Arakar. Atau justru Arakar hanya berjumlah anggota yang tersisa, dan kekuatannya masing-masing bisa menghancurkan satu kota atau bahkan satu tanah negeri.

Pasukan gabungan yang telah berkumpul mendirikan perkemahan di sekeliling kota Mataram untuk melindungi kota besar negeri Sabda. Dan mereka semua sadar bahwa Arakar adalah ancaman nyata bagi umat manusia yang bertujuan untuk menciptakan dunia baru sesuai keinginannya.

Di sebuah ruangan khusus, Pancadev dan Tetrabarun berkumpul dengan Cakradev Nuku sebagai perwakilan OPD. “Saya terharu melihat seluruh penguasa daratan dan lautan bersatu meskipun keadaan sesungguhnya sangat berbahaya hanya karena sebuah organisasi yang diketahui berjumlah segelintir orang tapi ancamannya sungguh nyata terhadap dunia,” ucap Cakradev Nuku.

“Anu maaf sebelumnya, saya sebagai Baruna Derawan karena terpaksa diangkat oleh ketiga Tetrabarun lainnya mohon bimbingannya,” ucap Baruna Renggi. Dia terlihat lugu dengan wajah polos mengenakan kaca mata dan berpakaian rapi. Memiliki rambut lurus seperti batok warna ungu muda, dan tingginya seperti anak kecil.

Baruna La Bolionto yang duduk di sampingnya menepuk punggung Baruna muda tersebut. “Setidaknya kamu dua tahun lebih tua dari pada Dharadev dari Borneo, ha-ha-ha..”

“Baiklah! Persiapan telah matang dan pasukan gabungan ini pun memiliki kesadaran bahwa Arakar adalah musuh bersama. Saya ucapakan terima kasih kepada semua penguasa yang telah memberikan penjelasan kepada pasukan masing-masing hingga mereka bisa berbaur dalam waktu dekat Dengan baik,” lanjut Cakradev Nuku. “Semoga kerja sama ini bisa mencapai tujuan bersama dan berkelanjutan untuk menciptakan perdamaian.”

Setelah itu, setiap penguasa daratan dan lautan diberikan kesempatan untuk menyampaikan masukan agar kerja sama ini bisa terjalin dengan baik. Dan lagi, mahkota elemen dunia bisa kembali mereka dapatkan.

Selain itu, Cakradev Nuku pun menyampaikan bahwa setelah menghadapi Arakar dan kemungkinan terburuknya bahwa kekuatan Sastrajendra yang melindungi pecahan daratan Atlantis saat ini terbuka maka di benua besar ada tiga bangsa yang bisa menjadi ancaman bagi umat manusia.

“Karena itu, saya berharap kerjasama ini akan terus terjalin dan tatanan dunia baru tercipta terutama jika istana Galuh di tengah pertemuan empat samudra bisa kita dapatkan,” imbuh Cakradev Nuku.

Dirgadev Manurung memberikan balasan. “Tatanan dunia baru memang menjadi agenda OPD sejak berdiri, namun sekali lagi hal itu tergantung hasil akhir dari perjuangan kita melawan Arakar.”

“Membangun tatanan dunia baru seperti gagasan OPD mungkin memiliki kesamaan dengan negeri Galuh yang didirikan Aji Saka maka hanya ada satu raja dari umat manusia,” ucap Sabdadev Lingga. “Hal ini hanya bisa kita wujudkan jika ancaman tiga bangsa dari benua besar jelas adanya.”

“Siapa tiga bangsa penghuni benua besar?” tanya Baruna Intcjeh.

Baruna Kala yang duduk disampingnya menyahuti. “Berdasarkan yang saya ketahui, tiga bangsa penghuni benua besar adalah Elfaire, Lemuria dan Annunaki. Sebenarnya di lautan lepas selatan negeri Sabda celah kecil terbuka dan kemungkinan tiga bangsa tersebut telah memantau kita semua.”

“Berdasarkan seorang penduduk tanah Kubu di negeri Tirta, pohon Kramat milik mereka berasal dari benua besar,” ujar Tirtadev Kandis. “Mungkinkah celah itu telah lama terbuka?”

“Benar sekali,” timpal Karradev Janggi. “Celah kecil dari kekuatan Sastrajendra yang menyelubungi pecahan daratan Atlantis saat ini telah terbuka. Dari kepercayaan suku pedalaman yang masih hidup nomaden, sampai saat ini mereka masih berhubungan dengan penghuni benua besar.”

Dharadev Guan pun ingat mengenai panglima burung dan Lembuswana. “Sepertinya Arakar yang bertujuan untuk menata ulang dunia melalui Sastrajendra bermaksud untuk membuka penghalang tersebut hingga lima daratan terhubung dengan benua besar. Apa itu berarti mereka berhubungan dengan tiga bangsa penghuni benua besar?”

Lihat selengkapnya