GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #180

S4. Strategi Aliansi

Lima titik serangan anggota Arakar di kota, menjadi tanggung jawab setiap panglima dari negeri besar beserta jajaran komandonya. Sementara itu, di dalam istana sendiri berkumpul Pancadev, Tetrabarun dan OPD yang bertanggung jawab menghadapi serangan langsung di lingkungan istana. Bahkan kabar mengenai kekalahan Dwitanaka negeri Sabda dan hilangnya pihak kedutaan telah sampai di ruang mereka. Saat ini pemimpi Leo dan Ophiucus sedang dihadapkan pasukan istana Mataram.

“Dwitanaka negeri Sabda yang diakui sebagai pemuda tangguh di dunia dalam sekejap dikalahkan oleh pemimpin Arakar,” ucap Dirgadev Manurung. “Berapa kekuatan yang harus dikerahkan langsung untuk menghadapinya?”

“Kita pula jangan melupakan keberadaan sang Suwung yang mengendalikan tubuh Martulessy,” tambah Karradev Janggi.

Dua pemimpin yang juga dikenal sebagai ratu peri dan deva dari langit pun khawatir mengenai kekuatan Arakar. Aliansi penguasa daratan dan lautan termenung untuk mencari strategi menghadapi musuh.

Cakradev Nuku yang dikenal sebagai ahli siasat menyampaikan sarannya. “Kita mengirimkan jewel terbaik secara berangsur-angsur untuk mengetahui lebih dalam kekuatan pemimpin Arakar dan sejauh mana dia akan bertahan!”

“Itu cara yang masuk akal!” sahut Dharadev Guan. “Aku akan mengajukan pertapa Borneo! Semakin tangguh pihak kita maka semakin cepat kita mempelajari kekuatan Arakar.”

Pertapa Borneo merupakan orang terkuat dari negeri Dhara yang kabarnya mampu menggunakan khodam dari tiga roh bintang sekaligus bernama Gumantar. Dia sendiri seorang pertapa yang menganut ajaran kaharingan yang patuh, bahkan dijuluki sebagai panglima burung kedua dari tanah Tidung.

Selain itu, Tirtadev Kandis juga mengajukan orang terbaiknya dari negeri Tirta untuk membantu sang pertapa Borneo. “Kalau begitu, untuk menambah kekuatan saya ajukan tiga anggota dari Caturenzi.”

Mengenai Caturenzi merupakan sebuah gelar khusus bagi pemimpin bangsawan istana, masing-masing yang ditunjuk bergelar lubuk Jambi, lubuk Riau, dan lubuk Bengkulu. Generasi yang sebelumnya telah dikalahkan oleh Aquarius dalam serangan di puncak malam pesta pantai.

Kemudian, empat orang yang disebutkan tadi langsung terjun ke medan peperangan yang masih berada di tengah enam menara istana Mataram. Karena untuk mempelajari kekuatan Arakar, maka mereka pun langsung melesat menggunakan kekuatan Khodamnya.

Sang petapa Borneo menggunakan kekuatan khodam dari tiga roh bintang yaitu, Canis Ventalini, Canis Mayor dan Canis Minor. Sementara itu tiga anggota dari Caturenzi yang membantu dengan kekuatan khodam yaitu, lubuk Jambi dengan roh bintang Dorado, lubuk Riau dengan roh bintang Lepus dan lubuk Bengkulu dengan roh bintang Musca.

Saat melihat bantuan besar para prajurit istana mulai menjaga jarak sebab dari komando yang mereka dapatkan, kedatangan orang-orang hebat itu untuk mengetahui kekuatan lain dari Arakar.

Ketiga anggota Caturenzi langsung menggabungkan kekuatan mengelilingi pemimpin Leo. Mereka bertiga membentuk segitiga sama sisi dengan cahaya batu akik yang bergabung dari tangan ke tangan yang direntangkan. “Bunga setaman yang bermekaran, mencari keadilan dengan hukuman….. MENARA BATU KARANG.”

Sebuah menara batu karang berbentuk limas mengurung pemimpin Leo yang tidak sempat menghindar, lalu dari atas sang petapa melakukan serangan. “Tinjuan anjing memburu.” Kedua lengan pertapa Borneo memancarkan roh bintang seperti kepala anjing yang mengarah menghancurkan menara batu karang berharap serangan gabungan tersebut telah melemahkan pemimpin Leo di dalamnya.

Kekuatan yang dihasilkan oleh pertapa Borneo benar-benar dahsyat sampai air danau memuncrat dan tubuh pemimpin Arakar hampir tertekan sampai dasar danau yang misterius itu terlihat. Sementara itu, ketiga anggota Caturenzi masih menggabungkan kekuatan sastra untuk merasakan aliran sastra milik pemimpin Leo.

Dan mereka semua terkejut melihat pemimpin Leo sanggup menahan pukulan pertapa Borneo tanpa henti hingga sinar batu akiknya menyala terang. “Suara yang jatuh dari langit memerintahkan segala penciptaan, batu peridot bersinar.” Pemimpin Leo menggunakan kekuatan syairnya. “FIRMAN.”

Tiba-tiba waktu berhenti di sekeliling istana Mataram seakan terhempas di ruang lain dan orang-orang di dalamnya hampir tidak menyadari apa yang terjadi. Maka saat kesadaran mereka kembali, semua tidak tahu apa-apa seakan pemimpin Leo telah mengubah alur takdir kehidupan.

Lihat selengkapnya