Di kota Mataram sebelah selatan terlihat Sagitarius dan Cancer berhadapan dengan Baruna La Bolionto. Penguasa samudra Arafura itu menciptakan sebuah sarang laba-laba yang memenuhi jalan-jalan kota. Dengan bantuan penggunaan elemen tanah yang menciptakan tiang-tiang menjulang tinggi membuat sarang laba-laba makin jauh ke atas.
“Sejauh apa kalian akan menghindariku?” Baruna La Bolionto tahu bahwa mereka tidak bisa bergerak lebih tinggi lagi sebab ada batas kekuatan sastra rahasia yang menyelubungi kota Mataram untuk menstabilkan kekuatan Arakar.
Tidak ada cara lain bagi Sagitarius yang mengetahui gaya bertarung Baruna La Bolionto, dia pun turun dari pasir melayang Cancer untuk beradu silat dengannya. “Kaka!” teriak Cancer kepada Sagitarius meskipun sebenarnya, umur dia lebih tua.
“Kita harus menghadapinya!” teriak Sagitarius.
Demi bertarung di samping Sagitarius, Cancer pun turun dan membantu untuk melawan Baruna La Bolionto sambil berdiri di atas benang laba-laba. Memang ini cukup menguntungkan bagi kapten Celebes itu karena menciptakan arena sendiri.
Cancer yang belum berpengalaman menghadapi Baruna La Bolionto pun jatuh dan tergulung benang. Dengan cekatan, Sagitarius melepaskan anak panah dan secepat itu dia berpindah tempat untuk menangkap tubuh Cancer. Lalu membantunya lepas dari benang.
“Hati-hati!” Sagitarius tersenyum pada Cancer.
Pemuda itu pun langsung bersemangat mendapatkan senyuman di dalam rangkulan Sagitarius, Cancer pun menunjukkan kemampuannya. “BADAI PASIR!”
Arena pertempuran dipenuhi pasir berterbangan, dan pasir yang menempel di benang-benang membuat Cancer mampu berdiri dan berlari melesat di antara benang-benang dan secara cepat, dia memukul wajah Baruna La Bolionto hingga terpelanting dan jatuh di antara benang-benangnya. Dengan tangannya, Baruna La Bolionto menjulurkan benang dan dia berayun menendang Cancer. Lagi-lagi dia terpental dan ditangkap oleh Sagitarius.
Kemudian, Sagitarius menggabungkan kemampuannya dengan Cancer. Mereka berdua berhadapan menarik busur dari kiri dan kanan. Anak panah yang muncul pun dilapisi pasir besi melesat ke arah kapten Baruna La Bolionto. Tekanannya yang kuat membuat perompak itu terdorong untuk menahan anak panah tersebut ke arah bukit batu dan melewati hutan lindung hingga tubuhnya tertanam ke bukit batu.
Tapi, dia sudah menciptakan benang yang cukup elastis untuk mementalkan kembali ke arah Sagitarius dan Cancer. Sebuah tendangan pun mendarat di dada keduanya. Baruna La Bolionto berhasil membalas serangan hingga keduanya ringsek di antara bangunan rumah yang roboh.
Baruna La Bolionto yang selalu berdiri di atas benangnya, akhirnya menginjakkan kaki di tanah. Melihat hal itu, Cancer mendapatkan celah. “PASIR HISAP.”
Sebuah pusaran pasir muncul di kaki Baruna La Bolionto, dengan cepat tubuhnya terserap olah pasir itu dan tenggelam. Akan tetapi, sebuah benang muncul dan menarik tubuh Baruna La Bolionto hingga dia perlu waspada untuk tidak menapakkan kakinya di tanah.
“Menyenangkan juga melawan kalian berdua,” ucap Baruna La Bolionto sambil merenggangkan tubuhnya. Lalu dia menatap Sagitarius. “Sekarang anak kesayanganmu kami angkat menjadi Tetrabarun dan dia memberitahu catatan yang kamu tinggalkan.”
Cancer menatap Sagitarius yang terdiam menunggu reaksi apa yang akan dikatakannya. Tatapan matanya sangat tajam dan dingin melebihi Aquarius. Cancer tahu bahwa selama ini Sagitarius adalah orang yang paling misterius bahkan tidak ada yang mengetahui sebelumnya bahwa sebagai anggota Arakar, Sagitarius merupakan seorang Tetrabarun kecuali Libra.
“Sekarang kamu jawab pertanyaanku,” kata Baruna La Bolionto. “Mengapa kamu mengambil kunci yang kami miliki sebagai Tetrabarun tapi kamu sendiri membiarkan kamu tanpa pengawasan? Sebenarnya apa yang disebut kunci gerbang sebagai identitas Tetrabarun?”