Di tengah istana Mataram, terlihat Sandanu melesat dibawa oleh Malin Kundang sambil melakukan serangan kepada pemimpin Leo yang telah berhasil mengalahkan lawan sebelumnya di tengah danau tepat berada di komplek rumah kedutaan di antara menara-menara istana yang menjulang.
Menyadari serangan Sandanu yang datang menghampirinya, pemimpin Leo segera menghindari secepat kilat. Dengan jeli dia mendengarkan desingan suara yang datang mendekat sambil menutup matanya. Pemimpin Arakar itu menyadari bahwa lawannya menggunakan elemen suara yang cukup lirih.
Tidak hanya dengan serangan mantra, Sandanu pun memanggil roh batu akiknya. “Auman harimau putih.” Roh mahluk astral berwujud harimau putih meloncat dari atas ketinggian mengarah kepada pemimpin Leo.
Kali ini, pemimpin Leo pun melakukan serangan balasan dengan kekuatan mantranya “Batu peridot bersinar… auman singa.”
Kemudian dua roh mahluk astral saling beradu auman di atas udara dan suaranya bergetar keras merambat di permukaan danau hingga tercipta gelombang besar dan cipratan air ke segala arah. Setelah hempasan air di udara hilang, terlihat pemimpin Leo masih berdiri tenang. Begitu pula Sandanu yang langsung memerintahkan Malin segera membantunya agar bisa menyerang mengenai pemimpin Leo.
Dengan semangatnya, Sandanu terus melancarkan serangan cakar harimau membuat pemimpin Leo teringat seseorang yang mirip akan dirinya dalam hal serangan itu. Saat dia mencoba melayang dan mendekati Sandanu, pemimpin Leo melihat kain batik yang seakan dia kenali berada dipakai oleh Sandanu. Wajah Sandanu pun mengingatkannya pada seseorang.
“Rakeyan Sanjaya?” ucap pemimpin Leo.
Mendengar nama yang disebut padanya Sandanu heran. “Siapa Rakeyan Sajaya? Aku Rakeyan Sandanu.”
“Dia hanya orang yang mirip denganmu,” balas pemimpi Leo dalam pikirannya mencoba memalingkan kemungkinan mengenai Sandanu.
Akan tetapi Sandanu curiga sebab orang yang disebutkannya memiliki nama depan yang sama. “Apakah kamu mengetahui tentang orang tuaku?” Sandanu pun mengatakan bahwa dirinya seorang yatim piatu dan hidup besar di tanah Aceh. Dari gurunya sendiri menyampaikan bahwa Sandanu akan menemukan jati dirinya saat mampu pergi ke negeri Sabda.
Pemimpin Leo terkekeh, “tidak mungkin kamu putra Sanjaya karena Nay Pohachi tidak mungkin menikahi Sanjaya.”
Sandanu makin penasaran bahwa pemimpin Leo memiliki hubungan dengan kedua orang tuanya. “Ceritakan mengenai mereka!”
Meskipun pemimpin Leo menyadari bahwa dirinya tidak mudah mengingat mereka sebagai luka di masa lalunya, tapi dia pun ingin tahu kebenaran tentang Sandanu. “Jika itu keinginanmu aku akan menceritakan, jadi kamu tidak akan ragu lagi untuk melawanku.”
“Aku akan mendengarnya!” balas Sandanu.