Sebelum terjadinya serangan kehancuran di kota Mataram.
Di atas bukit batu, Galigo dan Centini yang berhadapan dengan Libra mendapatkan bantuan dari kedatangan Roro Jonggrang. Roro Jonggrang sendiri datang karena merasakan aliran kekuatan sastra dari sosok titisan ibu Pertiwi.
“Aku kira ibu Pertiwi telah turun ke dunia, ternyata hanya anak manusia,” kata Roro Jonggrang.
Centini yang mengetahui siapa Roro Jonggrang memberitahu Galigo bahwa wanita itu adalah wanita tercantik melebihi bidadari dan merupakan manusia abadi yang pernah hidup di Swargaloka, sekaligus penjaga candi Prambanan yang Sandanu kunjungi bersama Centini.
“Aku pikir manusia abadi yang pernah hidup di Swargaloka telah musnah,” balas Libra. “Ternyata masih ada yang tersisa.”
“Cukup lancang sekali kamu mengatakan bahwa manusia abadi telah musnah di depan orangnya secara langsung?” balas Roro Jonggrang.
Libra tidak tahu apa maksud kedatangan Roro Jonggrang, karena itu dia menganggap bahwa wanita cantik tersebut telah mengganggunya. “Timbang menimbang batu kalimaya bersinar aku berharap…” dengan kekuatan sastranya Libra membuat serangan, menciptakan retakan permukaan bukit batu.
Roro Jonggrang yang tahu akan hal itu segera melayang ke udara sementara, Galigo memanggil naga Sawerigading dan menarik lengan Centini bersamanya di atas naga angin itu. Roro Jonggrang segera memainkan harpa dan suara yang dihasilkan menciptakan serangan ke arah Libra.
Libra yang sejak awal menjaga selubung sastra untuk memberikan kekuatan kepada temannya yang sedang bertarung, harus kehilangan fokus karena menghindari serangan Roro Jonggrang. Di mana pun dirinya bersembunyi serangan tersebut terus mengarah kepadanya karena suara yang dihasilkan didengar langsung oleh Libra. Jadi dengan cara itulah serangan ditargetkan.
Kemudian, Libra melakukan perpindahan dan seketika berdiri di belakang Roro Jonggrang, dia pun mencoba melakukan serangan namun lawannya menyadari hal itu. Keduanya pun bertarung di udara begitu memukau bagi Galigo dan Centini yang melihatnya. Mereka berdua pun berusaha membantu Roro Jonggrang dengan serangan yang bisa mereka lakukan.
Menyadari pihak lain ikut melawannya, Libra melakukan serangan kepada naga Sawerigading hingga naga angin itu hilang menuju dimensi lain. Galigo dan Centini pun terjatuh dari ketinggian. Keduanya saling berpegangan tangan dan merapalkan mantra untuk meringankan tubuh bersama. Lalu, mereka berhasil mendarat dengan baik.
Ketika Libra melakukan serangan kepada naga Sawerigading, Roro Jonggrang memanfaatkan hal tersebut untuk menyerang Libra hingga anggota Arakar itu jatuh dan tersungkur di permukaan bukit batu.
Selanjutnya, Libra menggunakan kemampuan mata suci untuk melihat kelemahan dari Roro Jonggrang namun dia terkejut saat melihat mata Roro Jonggrang pun berubah berwarna putih. “Siapa sebenarnya kamu?”
Libra tidak bisa menandingi kekuatan mata suci milik Roro Jonggrang. “Akulah manusia pertama yang mendapat anugrah dari ibu Pertiwi dan yang memberikan anak manusia kemampuan mata putih demi mengetahui apa yang terjadi di dunia ini selama aku berada di candi Prambanan.”
Bukan hanya Libra yang terkejut dengan pernyataan itu, Galigo dan Centini pun sama terkejutnya. Itu artinya bahwa Roro Jonggrang adalah leluhur orang Bali. Wanita cantik yang memiliki kecantikan melebihi bidadari itu pun mengungkapkan bahwa dirinya yang selama ini memberikan kutukan kepada penduduk tanah Bali hingga kemampuan mata suci mereka hilang.