Di dunia Liliput, Sandanu menceritakan mengenai impian Arakar bagi pemimpin Leo yang tidak lain untuk mewujudkan impian sahabatnya, yaitu kedua orang tua Sandanu yang telah wafat. Begitu pula, Ondoafi Mante yang mendapat telepati dari ratu Janggi mengabarkan bahwa Arakar telah berdamai dengan Pancadev, di mana sekarang musuh mereka bersama adalah sang Suwung.
“Pasukan peri sudah siap menuju medan perang,” ucap Ondoafi Ebu Gogo, bahwa para peri akan membantu manusia untuk menghadapi sang Suwung yang kini memiliki pasukan manusia abadi dari kutub bumi.
“Fokus utama kita para peri untuk melakukan pertolongan bagi manusia dengan serbuk peri,” jelas Ondoafi Mante. “Kami tahu bahwa perang besar ini melawan sang Suwung yang telah membangkitkan kembali manusia abadi dalam kendali hasutannya.”
Ondoafi Orpe pun menambahkan. “Untuk gerbang dimensi sudah terbuka menuju dunia manusia.”
Gerbang dimensi yang dimaksud menuju dunia manusia, telah terbuka menuju medan perang terhubung melalui sebuah gua di dekat air terjun yang sebelumnya digunakan sebagai tempat sembunyi oleh Cakradev Nuku dan anggota elit OPD.
Di tengah keramaian jeritan semangat bertempur dan juga erangan kematian, terlihat cahaya berpendar dari dalam gua dan muncul pasukan peri yang langsung terjun ke medan perang untuk melakukan pertolongan pada manusia dengan serbuk peri.
Bagi para peri yang melihat peperangan ini tidaklah seimbang, sebab pasukan gabungan lima negeri besar dari anak manusia harus melawan manusia abadi yang mampu beregenerasi dengan cepat ketika mendapatkan serangan kecuali serangan fatal yang langsung membunuhnya dengan menghancurkan seluruh bagian tubuhnya, karena itu bantuan pasukan peri seakan menjadi penyeimbang untuk penyembuhan bagi pasukan lima negeri besar agar bisa cepat pulih dan kembali berperang.
Sandanu yang kembali bersama Boe dan Mutia segera memanggil Malin Kundang yang langsung membawa mereka terbang di atas medan perang. Saat itu Galigo yang juga mengudara dengan bantuan Sawerigading menghampirinya dan mengajak Mutia untuk bersamanya.
Galigo meminta maaf karena sebelumnya pergi tanpa berpamitan kepada Mutia untuk menyusul Centini, dan Mutia memaafkannya karena memahami kekhawatiran Galigo terhadap teman kecilnya itu yang kini ikut bertarung dan terlihat berkerjasama dengan Roro Jonggrang.
Di samping mereka, Pancadev yang masih berkumpul dengan Arakar dan OPD termasuk ada Isogi di sana sedang berhadapan dengan Ophiucus yang mendaratkan istana Galuh di tengah lembah Mataram. Ophiucus sendiri berdiri di depan pintu utama istana Galuh yang memiliki undakan dengan berhiaskan stupa-stupa sebagai pelataran istananya.
Ophiucus mendongkak ke arah datangnya Sandanu dan temannya. “Satria yang kalian nantikan telah tiba, apakah dia mampu mewujudkan harapan ibu Pertiwi seperti yang diramalkan dalam kitab pusaka?” di tangan kanan Ophiucus dipegangnya satu kitab pusaka yang tersisa dari sembilan kitab pusaka.
“Sekeras apapun kamu berjuang, takdir akan selalu menemukan jalannya,” sahut pemimpin Leo.
Ophiucus tertawa. “Kamu sendiri selalu mengubah takdir, maka aku pun jauh lebih mungkin untuk membunuh takdir!”