Tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Ophiucus, Sandanu hanya tahu bahwa dirinya harus mencegah Ophiucus untuk melenyapkan alam semesta dalam ketiadaan. Siapa pun sejatinya sosok sang Suwung yang dikatakan melalui diri Ophiucus yang bahkan masih mengenakan jubah Arakar, Sandanu mengingat pesan Gatholoco untuk tidak mendengarkan baik apa yang dikatakan sosok dari sang Suwung karena semua itu hanyalah tipu daya semata.
“Aku tidak akan terpengaruh segala tipu daya yang kamu katakan,” Sandanu melakukan serangan dengan cakar harimau sekaligus melesat ke arah Ophiucus.
Ophiucus menduga bahwa Sandanu akan menyerang dirinya, dia pun menciptakan lubang hitam dengan tangan kanannya untuk menghindari serangan namun yang terjadi, ternyata Sandanu tidak mencoba menyerangnya melainkan merebut kitab pusaka yang dipegang di tangan kirinya.
Setelah berhasil merebut kitab pusaka itu, Sandanu melemparkan kepada Mutia dengan mengulas senyuman seakan memberikan pesan pada Mutia mengenai kitab pusaka itu. Mutia tahu apa yang akan terjadi saat kitab pusaka dibukanya dulu oleh Sandanu di menara Kubah Emas.
“Galigo!” Mutia yang berhasil menangkap kitab pusaka itu menyeru Galigo sehingga pemuda Celebes itu melesat untuk membantu Sandanu.
Begitu pula dengan Boe yang telah bekerjasama baik dengan Sandanu selama petualangannya, menggunakan mantra ular tanah yang dia ciptakan untuk membelit kedua kaki Ophiucus. Selain itu, Isogi menciptakan jantra bianglala di atas tubuh Ophiucus mencoba untuk memblok kekuatan sastra agar Sandanu dan Galigo berhasil dengan tindakannya.
Arakar hanya menyaksikan bagaimana mereka menipu Ophiucus untuk merebut kitab pusaka dan kelima bola elemen dunia dari mahkota yang Arakar dapatkan dari tahta Pancadev. Akan tetapi, kelima bola elemen dunia yang berhasil digenggaman Galigo terjatuh dan hilang diserap oleh asap hitam milik Ophiucus.
Untuk menyelamatkan kitab pusaka, Libra mengambil tindakan dan mengirim kelima anak itu ke dimensi lain yang dia ciptakan sendiri. “Tidak akan aku biarkan kamu menghancurkan tekad mereka.”
Kemudian, anggota Arakar yang lain langsung menyerang Ophiucus bersamaan. Meskipun Ophiucus yang telah lama memperhatikan kemampuan mereka dalam setiap misi yang mereka jalani dan mempelajari kelemahannya dengan mudah menghindari serangan anggota Arakar yang lainnya.
Pertempuran Ophiucus melawan kedua belas pengendali bintang kelahiran adalah pertempuran paling epic yang terjadi selama Mapralaya berlangsung. Bagaimanapun karena mereka semua adalah jewel dengan batu akik spesial yang ada dan pernah dijaga oleh roh bintang zodiak.
Seperti halnya batu mustika Jibril milik Sabdadev Lingga yang tentunya berasal dari anugrah yang diturunkan oleh malaikat Jibril, kedua belas batu akik bintang kelahiran dalam bentuk batu mulia bukanlah batu kutukan iblis karena roh bintang tidak pernah mendapatkan serangan iblis. Melainkan batu akik tersebut adalah serpihan dari penciptaan Swargaloka yang mereka jaga sebagai permata Tuhan.
Selain itu, pertempuran juga berlangsung di dalam istana Galuh yang melegenda tenggelam di dasar pertemuan empat samudera. Merupakan istana termegah yang pertama kali dibangun manusia di dunia dan tak ada yang menandingi kemegahannya samapai saat ini. Meskipun, istana yang dibawa Ophiucus itu hanyalah sebagian kecil dari pusat istana Galuh.
Dalam pertempuran, kerjasama Arakar dalam enam pasangan menunjukkan trik bertarung paling fantastis dengan pergabungan enam elemen sastra yang termasuk elemen misterius yang mewakili indra keenam milik Libra dan juga Gemini. Mengenai elemen sastra milik Gemini termasuk elemen sastra keenam yang dia bangkitkan melalui intuisi saat berada di dunia pasiliran yang merupakan sekat dimensi dan bagian dari keberadaan alam barzah.
Ophiucus yang merasa mampu mengimbangi kedua belas Arakar seorang diri ternyata tidak menyadari dari pergerakan Arakar yang tiba-tiba saja membuat Ophiucus terpaku oleh keterkejutannya saat menyadari segel murni yang tidak mungkin bisa dikuasai anak manusia seperti mereka.