Dari puncak Mahameru, Sandanu sampai di kota Mataram yang rata dengan tanah dan masih berlangsungnya peperangan melawan pasukan iblis, langsung menerobos masuk ke dalam istana Galuh yang mengeluarkan aura kegelapan saat Ophiucus menggunakan kemampuan menciptakan sisi gelap.
Sekalipun temannya tidak melihat kejadian apa pun di dalam istana yang di mata mereka terlihat lengang, Sandanu meloncat dari atas Malin Kundang sambil melakukan serangan andalannya merobek dimensi sisi gelap dan menerjang Ophiucus dengan pukulan sampai terpental.
Barulah setelah itu, temannya melihat Libra jatuh bersimpuh dan Ophiucus yang terpental menabrak singgasana istana Galuh. Mutia dan Isogi pun segera menghampiri Libra. Libra terlihat lega dengan melihat kedatangan mereka meskipun anggota Arakar yang lainnya tidak ada.
“Aku telah mencapai batas,” ucap Libra.
Kemudian, Ophiucus bangkit sedangkan Boe dan Galigo bersiap melindungi para gadis di sana. Ophiucus tertawa melihat kedatangan anak-anak itu, “Datang kembali juga kalian ke sini?”
“Ya, kami akan mengalahkanmu,” sahut Sandanu. “Dan menyelamatkan tubuh Martulessy.”
“Apa kamu pikir bisa menyelamatkan tubuh ini?” balas Ophiucus. “Saat aku terlepas dari tubuh ini maka tubuh ini sudah tidak berguna.”
“Apa pun yang terjadi aku tidak akan membiarkanmu menguasai tubuh Martulessy,” teriak Isogi.
Keadaan saat itu mulai tegang, Ophiucus bisa memahami kesungguhan mereka untuk melawannya. Tapi bagaimanapun juga, Ophiucus merasa bahwa mereka tidak mungkin menjangkau kekuatannya.
Tanpa diperintahkan, Boe memanggil ular anaconda yang langsung melahap Libra untuk melindunginya. Lalu, Mutia dan Isogi segera bersiaga menghadapi Ophiucus. “Galigo?” seru Mutia.
Galigo mengerti maksud Mutia. Mereka berdua menyatukan kekuatan bersama. “BADAI SALJU.”
Seketika ruangan istana Galuh berselimut salju yang kencang. Badai salju itu Mutia aliri dengan kekuatan pengobatan untuk mensupport temannya, sementara Galigo mengalirkan kekuatan untuk meringankan gerakan mereka semua.
Ditambah kejutan lain, Boe muncul di belakang Ophiucus dengan ular anaconda yang melilit tubuh Ophiucus. Sementara itu, Isogi menciptakan syair pelangi untuk mendeteksi kekuatan sastra yang dimiliki Ophiucus dari tubuh Martulessy dan berusaha mengendalikan aliran sastra itu.
Selanjutnya, Sandanu menyerang Ophiucus dengan cakar harimau ketika ular anaconda mengangkat tubuhnya dan melemparkannya ke arah Sandanu. Dia pun berhasil menggores punggungnya yang membuat jubah Arakar terkoyak.
Ophiucus masih bisa menahan serangan Sandanu, meskipun mengenai dirinya tapi serangan itu dia lenyapkan hingga hanya membekaskan koyakan di jubahnya. “Aku adalah ketiadaan maka semua serangan kalian percuma sebab apa pun yang mengenaiku akan lenyap menuju ketiadaan.”
“Perhatikanlah baik-baik!” balas Sandanu.
Tiba-tiba saja keluar darah merembas di jubahnya dan Ophiucus merasakan sakit. “Bagaimana ini terjadi?”
“Kalau begitu aku pun bisa menyerangnya.” Galigo menggunakan serangan nafas langit.
Seterusnya, Sandanu dan juga Boe tidak ingin ketinggalan ketika Galigo justru menerjang ke arah Ophiucus dan pertempuran dalam serangan fisik dengan keahlian silatnya pun dimulai. Di samping itu, Isogi mengalirkan kekuatan sastranya memasuki tubuh Ophiucus untuk mengendalikan aliran sastra yang berasal dari tubuh Martulessy dan Mutia sendiri terus mensuport tenaga melalui butiran salju yang berterbangan.
Ophiucus tidak menduga bahwa mereka berhasil menemukan titik lemahnya, padahal saat Arakar mengeroyoknya tidak sanggup melukai ataupun memberikan rasa sakit. Ophiucus berteriak untuk mengendalikan kekuatan sastra dalam tubuh Martulessy yang coba dikuasai Isogi.