GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #201

S5. Gerakan Tetrabarun

Kepulauan Seribu, 9 Kartika 666 Z.

Beberapa pekan yang lalu, bersandar ratusan armada kapal perompak Tetrabarun di gugusan kepulauan seribu sebelah utara tanah Betawi untuk menunggu kembalinya para Baruna dari perang Mapralaya antara lima negeri besar melawan Arakar yang terjadi di kota Mataram, tanah Jawa. Para awak perompak tersebut membangun perkemahan di antara pulau-pulaunya yang tentu mendapatkan izin dari ketua suku tanah Betawi atas perintah Sabdadev sebab perjanjian selama Mapralaya hingga kembalinya Tetrabarun.

Mapralaya sendiri merupakan perang terbesar yang mengakibatkan Pancadev atau penguasa lima negeri besar beraliansi dengan para penguasa lautan demi mencegah tujuan dari organisasi Arakar yang ingin menguasai dunia dalam tatanannya sendiri, meskipun akhirnya diketahui tujuan Arakar sebenarnya yang diluar dugaan. Peperangan yang berlangsung sehari semalam di pusat pemerintahan negeri Sabda pun berakhir dimenangkan pihak aliansi. Setelah itu, perjanjian damai antara lima negeri besar dengan Tetrabarun yang merupakan perompak penguasa lautan pun usai. Kini, Tetrabarun kembali ke kapal induknya untuk meninggalkan daratan dan berlayar mengarungi lautan samudera yang masih menyimpan banyak rahasia.

Di antara keempat kelompok besar para perompak, kini ada satu kelompok yang telah kehilangan Baruna tertinggi sekaligus para jenderal yang telah gugur di pertempuran Tetrabarun sebelumnya di tanah Asmat, negeri Karra. Sekalipun telah diangkat Baruna baru yang merupakan orang kepercayaan sang Baruna sebelumnya untuk mewakili kelompoknya dalam alinasi besar di Mapralaya, akan tetapi anak itu tidak siap untuk melanjutkan posisinya. Kelompok perompak itu adalah penguasa samudra Derawan dari Borneo.

Kapal induk divisi dari perompak Derawan, yang mengibarkan bendera kebesarannya dengan lambang tiga busur panah besar yang menembus tengkorak kepala masih tertambat di salah satu pesisir pulau kecil perairan kepulauan seribu, di atas dek kapal seluruh awak berkumpul untuk mendengarkan keputusan kapten Renggi mengenai kelanjutan kelompok mereka. "Baruna Arai telah meninggalkan kita untuk selamanya, dan mungkin kini saatnya kita menentukan arah tujuan masing-masing!" ucap kapten Renggi.

Telah diketahui bahwa Baruna Arai, sang pemimpin penguasa samudera Derawan tersebut adalah salah satu anggota Arakar yang telah melakukan teror terhadap tatanan dunia saat itu. Akibatnya, para Tetrabarun beralinasi untuk memeranginya yang mengakibatkan sebagian besar petinggi perompak Derawan gugur di tanah Asmat menyisakan satu kapal induk divisi yang dipimpin oleh kapten Renggi.

Saat sang kapten muda menyampaikan keputusannya, semua awak hanya terdiam sebab telah tahu benar apa yang telah terjadi dengan kelompoknya yang tidak lagi layak menyandang gelar Tetrabarun. Bahkan saat kelompok lain datang bersandar di kepulauan seribu dengan ratusan kapal, mereka hanya membawa satu kapal yang bersandar di sebuah pulau kecil menjauh dari kelompok Tetrabarun lain untuk menghindari hal buruk. Kini dengan keputusannya tersebut, kapten Renggi menurunkan bendera perompak Derawan sebagai tanda pembubaran perompak besar dari Borneo yang dikenal sebagai perompak besar penakluk laut lepas.

 

***


Lihat selengkapnya