Menjelang malam, Sandanu kembali dari wilayah Badui Dalam bersama Nyai Anteh. Mereka pun langsung disambut dengan kedatangan Pitung dan Renggi yang membawakan kabar mengejutkan. Malam itu, mereka berkumpul di balai adat bersama ketua suku tanah Badui.
Suasana malam di tanah Badui sangat sepi. Ketika waktu tidur, warga akan segera masuk rumah yang gelap tanpa penerang. Mereka yang masih terjaga menyalakan bediang sebagai penerang dengan membakar kayu dalam skala kecil. Begitu pula yang terjadi di balai adat, hanya ada satu bediang yang dinyalakan menemani mereka berbincang di sisi balai adat.
Dengan ditemani singkong bakar hasil kesibukan Boe, Galigo dan Mutia yang duduk di dekat bediang untuk menjaga api tetap menyala, di keheningan malam itu sebuah perbincangan mengungkapkan hal di masa lalu.
"Aku khawatir Tetrabarun akan mendapatkan kembali kunci gerbang laut lepas itu yang memungkinkan akan menunjukkan keberadaan pusaka Galuh," ungkap Renggi setelah menjelaskan tujuan kedatangannya menemui Sandanu.
"Maksudnya, kamu meminta kami untuk mencegah usaha Tetrabarun mendapatkan kembali kunci itu?" balas Sandanu.
"Iya, tapi aku sendiri tidak tahu di mana keberadaan kunci itu yang dijaga oleh Trinata."
"Sudah lama tanah Badui tidak berurusan dengan perompak," ucap ketua suku tanah Badui, beliau adalah pria paruh baya yang seumuran dengan Nyai Anteh. "Sekarang muncul kembali masalah perompak dibincangkan di tanah ini."
"Apa maksud dari ketua suku?" tanya Pitung.
Ketua suku menceritakan, bahwa dulu tanah Badui sempat menjadi wilayah kekuasaan seorang Baruna jauh sebelum berdirinya pemerintahan lima negeri besar yang dipimpin oleh Pancadev. Akibat singgahnya perompak di tanah Badui, sebagian rakyat Badui yang membantu keperluan perompak membangun sebuah kapal dianggap melanggar adat karena berhubungan dengan pihak asing. Sejak saat itulah, wilayah Badui terbelah menjadi dua.
Ketua suku pertama tanah Badui merupakan kru kapal seorang Baruna pada masanya dan itu bukan sekedar cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun, sebab ada harta karun Baruna yang tersembunyi di tanah Badui. "Sebab itu wilayah Badui Dalam melarang kami untuk masuk ke dalam wilayah mereka, meskipun demikian penduduk Badui Luar tetap ada untuk melindungi area suci yang telah lama diyakini leluhur kami yaitu Arca Domas, dan menghargai keputusan Badui Dalam."
"Tapi kenapa Nyai Anteh bisa bebas keluar masuk wilayah Badui Dalam?" Isogi penasaran sebab beliau bersedia mengajak pula Sandanu untuk alasan melatihnya.
Ketua suku tanah Badui menatap Nyai Anteh dan mempersilakan bagi beliau untuk menjelaskannya.
"Di akhir abad pertama tahun Zodiark, terjadi sebuah insiden besar mengenai hilangnya sepuluh pemimpin dunia saat itu yang dijuluki sebagai Dasabaskara. Sejak insiden itu mulai bermunculan para perompak akibat tatanan dunia yang kacau," ungkap Nyai Anteh.