GALUH

Prayogo Anggoro
Chapter #209

S5. Kapal Mena

Dengan kekuatan sastra dari pengendalian batu akik yang mampu mengubah bentuk berbagai hal, Nyai Anteh memindahkan kapal Mena dari dalam gua ke pantai hanya menggunakan telapak tangannya. Sesaat diletakan di permukaan air laut, kapal Mena kembali ke bentuk semula.

Setelah itu, beliau pun melepas kepergian Sandanu dan rombongannya menuju tempat yang belum diketahui. Sambil menatap berlayarnya kapal Mena meninggalkan tanah Badui, tanpa disadari datang sekelompok orang menghampiri Nyai Anteh.

"Sandanu sudah pergi?" tanya Centini yang berusaha menyusul Pitung dan Renggi menemui Sandanu.

Nyai Anteh menolah menatap mantan putri ronggeng yang datang bersama Dwitanaka. "Kalian terlambat, tapi Pitung sudah menceritakan semuanya."

Malam itu, ketika Centini menemui Pitung di tanah Betawi yang akan dibawa oleh Dwitanaka, Centini berhasil mencegah hal tersebut terjadi dan menyadarkan si kembar dari pengaruh anggota Nawaoza juga memberi kesempatan kepada Pitung lebih dulu menemui Sandanu untuk menyampaikan pesannya. Kali ini, setelah berusaha mengejar Sandanu sesaat sampai di tanah Badui, justru mantan putri ronggeng itu gagal bertemu dengan Sandanu.

Nakula memperhatikan laju kapal Mena menuju laut lepas. "Apa aku tidak salah melihat kapal dari logam?"

Nyai Anteh tersenyum. "Pandanganmu benar anak muda."

"Bukankah kapal logam itu harta karun Baruna Kalinyamat?" ucap Centini yang tahu kisah kapal Mena saat berlayar di atas armada Baruna Intcjeh. "Kapal Mena yang memiliki kekuatan teknologi."

Sedikit Nyai Anteh menjelaskan mengenai kapal Mena yang dibicarakan oleh Centini sebab mantan putri ronggeng itu dulu pun sempat berlayar dengan perompak yang dipimpin seorang Baruna.

"Ke mana mereka berlayar?" sahut Sadewa.

"Negeri Tirta," jawab Nyai Anteh. "Apa ada hal yang lainnya untuk disampaikan?" Nyai Anteh menatap kebimbangan saat memperhatikan mimik wajah Centini.

"Nyai mungkin sudah tahu mengenai Nawaoza," ucap Centini diam sejenak sambil menatap kapal Mena hilang di cakrawala. "Mereka telah menghasut maharaja Nusantara untuk menyebarkan ajaran Kapitayan yang menyatukan semua ajaran para dewa untuk membangkitkan Sanghyang Taya."

"Bagaimana kamu tahu tentang hal itu?" Nyai Anteh terkejut.

"Tanpa sengaja saya mendengar pembicaraan Nawaoza yang datang ke istana Majapahit selepas perginya Pancadev dari negeri Sabda." Centini menceritakan semua yang dia ketahui dari pembicaraan Nawaoza dan maharaja Nusantara.

"Kami pun tidak menyadari telah terpengaruh oleh kekuatan sastra milik salah satu Nawaoza hingga kami berdua mengikuti perintah mereka untuk menangkap tuan Pitung," imbuh Nakula.

Lihat selengkapnya